Nahwu dan Shoref, dua kitab yang menjadi
hafalan wajib untuk kami. Dua kitab ini kami pelajari sejak baru masuk kelas 1
MTs. Kami harus menghafalnya dalam kurun waktu satu tahun. Gara-gara kitab ini
pula, kami jadi jarang tidur, jarang senyum, jarang bahagia, dan jarang
pacaran. Oh ya, bukannya jarang pacaran. Kalau itu mah emang sebelumnya kita
jarang kok. Pokonya jarang deh! Ya, mau gimana ngga jarang : Kalau ngga
hafal di setiap kali kegiatan pagi ba’da shubuh, siap-siap, betis cipokan sama
kayu. Serem!
Menurut saya, nahwu itu lebih
cepat dihafal daripada shoref. Kenapa? Begini penjelasannya. Nahwu itu
kitab kecil, tipis, walau yang dihafal lebih banyak dari shoref. Di
kitab nahwu – atau sebut saja Matan Jurumiyah, isinya dibagi menjadi
beberapa bab. Misalkan tentang baris dapan, baris atas, atau bab-bab lainnya.
Walaupun begitu, saya lebih suka menghafalnya.
Shoref itu emang sedikit. Tapi lafadz yang dihafal
itu nadanya selalu sama. Misalkan ketika menjelaskan tentang fiil-fiil madhi,
bunyi di kitab itu : Nashoro, Nashoroo, Nashoruu… dan ketika beralih ke
penjelasan selanjutnya – di fiil mudhore’ maka bunyinya : Yanshuru,
Yanshurooni, Yanshuruuna… dan itu yang membuat saya ngga suka. Ya
ngertilah kenapa saya ngga suka. Atau ada yang belum peka? Ah dasar,
kalian ini. Jadi begini ya, dulu itu saya kesulitan buat ngucapin huruf R. Eh,
sampai sekarang sih. Oleh sebabnya, saya selalu menghidari huruf keramat itu.
***
Pagi itu, ba’da Shubuh,
kegiatan setor hafalan dimulai. Ustadz duduk di depan. Kami mengelilinginya.
Seperti sedang mengelilingi api unggun. Walaupun ngga api, nyatanya pagi
itu kami memang kepanasan. Takut ngga hafal, takut ngga lancar,
takut ngga tau apa-apa.
Satu persatu dari kami dipanggil,
ditanya sampai mana hafalannya, dan mau nambah berapa bab lagi untuk diujikan. Sekilas
saya seperti sedang sidang skripsi. Tapi untungnya pengujinya cuma satu. Dan kalau
ngga hafal bukannya revisi. Tapi betis kiri kanan dihabisi! HAH! Becanda
ding!
Banyak cara agar kita terlepas dari
kegiatan ini. Ini bukan tutorial sesat, tapi berdasakan pengalaman nyata yang
saya alami sendiri.
1. Pura-Pura Sakit
Cara ini terbilang kuno sebenarnya. Kamu
harus bisa pura-pura ngga sadar dan suhu badan harus diatur agar tampak
sakit beneran. Bagaimana caranya agar seolah-olah sakit, padahal satu jam
sebelumnya kalian joget-joget di atas lemari? Caranya begini : Buat wajah
menyedihkan. Seolah mau mati besok. Dan sesuaikan posisi badan, samakan dengan
posisi bayi dalam kandungan. Lipat badan kamu, sebab itu akan membuat badanmu
terasa sedikit hangat. Dan yang pasti, sedikit uhuk-uhuk jika kalian berniat
bilang kalau lagi sakit batuk.
2. Tiba-Tiba Pingsan
Ini jarang ditemui. Sebab masih
sedikit orang yang berani buat ngelakuinnya. Resiko yang dihadapi cukup besar.
Dan teknik untuk pura-pura pingsan pun masih banyak yang melakukan kesalahan.
Bagaimana cara tiba-tiba melepas diri dan jatuh seketika. Saya pernah
mencobanya, dan kaki saya berakhir dengan pecutan ustadz. Hatur nuhun, Ustadz!
3. Kedatangan Tamu
Ini adalah salah satu cara nekat! Ya,
bagaimana tidak? Kau harus menyewa seseorang yang seolah-olah itu adalah keluargamu.
Setiap sesuatu ada resikonya. Resiko yang paling tampak jika ketahuan kalau
yang datang itu bukan keluargamu tapi dagang somay sebelah asrama adalah betis atau pipimu bakal dicipok sama kayu.
Makanya, kalau ditanya “Pekerjaan Bapakmu apa?” Bilang aja kalau kerjaannya
bisa berubah-ubah sesuai hari dan tempat di mana. Misalkan hari Sabtu dagang somay
datang, bilang kalau bapakmu udah dipecat dari dagang cireng dan beralih
profesi jadi tukang somay. Jika hari senin ada pedagang baju datang, bilang aja
kalau bapakmu somaynya ternyata ngga laku-laku dan banting gerobak jadi
pedagang baju. Atau lain-lainnya!
4. Tak Usah Bohong, Akuilah!
Ini bukan teknik, bukan pula cara agar
kalian terbebas dari hukuman karena belum hafal. Maka akuilah, ketika setor
hafalan di depan ustadz, dan ternyata kamu belum hafal. Maka terimalah akibatnya.
Jangan pura-pura sakit, kedatangan tamu, apalagi pingsan mendadak. Sebab apa
yang kamu lakukan itu akan berdampak pada masa depanmu. Terimalah jika kamu memang
dihukum, dan berbanggalah ketika kamu sudah menyelesaikan hafalanmu. Biar kelak
di kemudian hari kamu tida pura-pura lagi. Sekian!
Bagikan
Hafalan dan Cara Menghindarinya
4/
5
Oleh
Muhammad Getar