Kamis, 19 November 2015

Apresiasi Seni 2015 Mataram


Hai, kemarin, hari Selasa tanggal 17 November 2015 adalah salah satu hari bahagia saya. Ya, bagaimana tidak, dapat makan gratis, jajan gratis, kopi gratis, plus ketemu Mas Sulak aka AS Laksana. Salah satu sastrawan yang namanya sudah dikenal secara nasional. Selain beliau, ada beberapa sastrawan lainnya. Lokal dan undangan.

Eh, saya belum cerita, ini dalam rangka acara apa. Jadi, Kementrian Pariwisata bekerjasama dengan Museum Negeri NTB menyelenggarakan temu sastra yang dimana Lombok menjadi kunjungan ketiga setelah Lampung. Satrawan-sastrawan lain, selain Mas AS Laksana sendiri, ada Ahda Imran dari Bandung, Joko Pinurbo Yogyakarta, Kiki Sulistiyo Mataram, Sindu Putra Mataram juga, Wayan Sunarta Bali, dan Yusi Pareanom Jakarta.

Acara dimulai pukul 09.00 .

Demikian yang saya baca di banner besar depan Museum Negeri NTB. Tempat acara akan berlangsung. Wusss, setelah masuk mata kuliyah Metedologi Pendidikan Bahasa Arab, dan kebetulan dosen mata kuliyah kedua hari itu ngga hadir, saya langsung cus ke tempat.



Band Pembuka


Dedek-dedek yang khusuk mendengarkan

Baru nyampai, dan langsung ambil kotak jajan dan masuk ruangan. Ruangan sudah dipenuhi banyak tamu. Juga pagi itu saya disambut dengan penampilan dari salah satu band yang saya ngga tau namanya. Eh, ada yang kelupaan, kopi! Saya kembali keluar untuk mengambil kopi.


AS Laksana baca cerpen

Acara yang ditunggu-tunggu datang juga. Pembacaan karya sastra dari para sastrawan. Kebetulan Mas AS Laksana membacakan salah satu cerpennya hari itu. Kebanyakan sastrawan yang hadir pagi itu membaca puisi. Selanjutnya yaitu tanya jawab. Karena diberi kesempatan, saya mengacungkan tangan setinggi-tingginya sampai cewek di samping saya nutup hidungnya. Maaf, tadi ngga sempat pake deodorant.

Yang nanya banyak sekali. Kemudian para sastrawan menjawabnya.


Bincang hangat dengan Sastrawan

Kebanyakan inti dari pertanyaan ya, itu, kesulitan-kesulitan memahami karya sastra, dan juga kesulitan dalam menulisnya. Ada satu hal yang saya ingat benar dari Mas Sulak, intinya itu “Saya ingin menulis, sebaik dari penulis yang saya suka, atau lebih dari dia.”

Setelah itu, ada bagi-bagi souvenir berupa buku gratis untuk yang udah bertanya. Alhamdulillah,saya mendapatkannya setelah Mas As Laksana mengorbankan bukunya beberapa eks untuk dibagi kembali lantaran ngga tega buat ngasih ke beberapa penanya saja. Eh, setelah itu saya dapat tanda tangan plus foto bareng beliau.


Saya dan AS Laksana


Buku Gratis

Alhamdulillah, salah satu momen menyenangkan sebab dulu semasa MA hanya bisa membaca karya beliau tanpa pernah melihat wajahnya. Dapat ngobrol juga sehabis makan walau hanya beberapa kalimat. Ah, terima kasih Tuhan!
Dan terima kasih panitia, atas makanan prasmanannya. Maklum, mental gratisan dan asupan gizi anak kostan yang kurang membuat saya harus makan sebanyak-banyaknya.









Bagikan

Jangan lewatkan

Apresiasi Seni 2015 Mataram
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

5 komentar

Tulis komentar
avatar
24 November 2015 pukul 16.16

.
Kok Getar jadi ganteng ya di poto itu? Apa efect foto ama Om Sulak Hahahah

Reply
avatar
24 November 2015 pukul 16.17

.
Kok Getar jadi ganteng ya di poto itu? Apa efect foto ama Om Sulak Hahahah

Reply
avatar
3 Januari 2016 pukul 10.56

Getar ganteng sejak lahir, Bi. (1)

Reply
avatar
3 Januari 2016 pukul 10.56

Getar ganteng sejak lahir, Bi. (2)

Reply
avatar
12 April 2016 pukul 13.45

keren dek..., kpn yapunya kesempatan temu sastrawan bgtu...
tlisan adek jg makin keren aja nih, makin jago ^_^

Reply