Hai, kemarin, hari Selasa tanggal 17 November 2015
adalah salah satu hari bahagia saya. Ya, bagaimana tidak, dapat makan gratis,
jajan gratis, kopi gratis, plus ketemu Mas Sulak aka AS Laksana. Salah satu sastrawan
yang namanya sudah dikenal secara nasional. Selain beliau, ada beberapa
sastrawan lainnya. Lokal dan undangan.
Eh, saya belum cerita, ini dalam rangka acara apa.
Jadi, Kementrian Pariwisata bekerjasama dengan Museum Negeri NTB
menyelenggarakan temu sastra yang dimana Lombok menjadi kunjungan ketiga
setelah Lampung. Satrawan-sastrawan lain, selain Mas AS Laksana sendiri, ada Ahda
Imran dari Bandung, Joko Pinurbo Yogyakarta, Kiki Sulistiyo Mataram, Sindu
Putra Mataram juga, Wayan Sunarta Bali, dan Yusi Pareanom Jakarta.
Acara dimulai pukul 09.00 .
Demikian yang saya baca
di banner besar depan Museum Negeri NTB. Tempat acara akan berlangsung. Wusss,
setelah masuk mata kuliyah Metedologi Pendidikan Bahasa Arab, dan kebetulan dosen
mata kuliyah kedua hari itu ngga hadir, saya langsung cus ke tempat.
Band Pembuka
Dedek-dedek yang khusuk mendengarkan
Baru nyampai, dan langsung ambil kotak jajan dan masuk
ruangan. Ruangan sudah dipenuhi banyak tamu. Juga pagi itu saya disambut dengan
penampilan dari salah satu band yang saya ngga tau namanya. Eh, ada yang
kelupaan, kopi! Saya kembali keluar untuk mengambil kopi.
AS Laksana baca cerpen
Acara yang ditunggu-tunggu datang juga. Pembacaan
karya sastra dari para sastrawan. Kebetulan Mas AS Laksana membacakan salah
satu cerpennya hari itu. Kebanyakan sastrawan yang hadir pagi itu membaca
puisi. Selanjutnya yaitu tanya jawab. Karena diberi kesempatan, saya
mengacungkan tangan setinggi-tingginya sampai cewek di samping saya nutup
hidungnya. Maaf, tadi ngga sempat pake deodorant.
Yang nanya banyak sekali. Kemudian para sastrawan
menjawabnya.
Bincang hangat dengan Sastrawan
Kebanyakan inti dari pertanyaan ya, itu, kesulitan-kesulitan
memahami karya sastra, dan juga kesulitan dalam menulisnya. Ada satu hal yang
saya ingat benar dari Mas Sulak, intinya itu “Saya ingin menulis, sebaik dari
penulis yang saya suka, atau lebih dari dia.”
Setelah itu, ada bagi-bagi souvenir berupa buku gratis
untuk yang udah bertanya. Alhamdulillah,saya mendapatkannya setelah Mas As
Laksana mengorbankan bukunya beberapa eks untuk dibagi kembali lantaran ngga
tega buat ngasih ke beberapa penanya saja. Eh, setelah itu saya dapat tanda
tangan plus foto bareng beliau.
Saya dan AS Laksana
Buku Gratis
Alhamdulillah, salah satu momen menyenangkan sebab
dulu semasa MA hanya bisa membaca karya beliau tanpa pernah melihat wajahnya.
Dapat ngobrol juga sehabis makan walau hanya beberapa kalimat. Ah, terima kasih
Tuhan!
Dan terima kasih panitia, atas makanan prasmanannya.
Maklum, mental gratisan dan asupan gizi anak kostan yang kurang membuat saya
harus makan sebanyak-banyaknya.
Bagikan
Apresiasi Seni 2015 Mataram
4/
5
Oleh
Muhammad Getar
5 komentar
Tulis komentar.
ReplyKok Getar jadi ganteng ya di poto itu? Apa efect foto ama Om Sulak Hahahah
.
ReplyKok Getar jadi ganteng ya di poto itu? Apa efect foto ama Om Sulak Hahahah
Getar ganteng sejak lahir, Bi. (1)
ReplyGetar ganteng sejak lahir, Bi. (2)
Replykeren dek..., kpn yapunya kesempatan temu sastrawan bgtu...
Replytlisan adek jg makin keren aja nih, makin jago ^_^