Yang motoin : Iga WU.
Usai mengikuti pelatihan di BLK Lombok Tengah, kawan-kawan mengatur jadwal
jalan-jalan. Pantai Kuta dan Tanjung Aan menjadi dua destinasi yang akan kami
kunjungi. Tepat hari Minggu, tanggal 31 Maret, menjadi akhir bulan yang menyenangkan.
Sayangnya, tidak semua hadir. Dua kawan tak dapat mengikuti kegiatan
‘perpisahan’ ini. Pak Habib, instruktur kami pun sama. Yang terakhir karena
kondisi beliau yang belum fit betul. Berempat belas akhirnya kami berangkat!
Lavar melanda!!!
Terik matahari pagi pantai selatan sungguh menyengat. Ia menyambut kami
setibanya di pesisir pantai pagi itu. Beberapa pemandu wisata lalu-lalang menunjukan
papan bergambarkan beberapa destinasi wisata yang bisa kami kunjungi di
sekitaran pantai Tanjung Aan. Dari pintu masuk sampai lokasi istirahat, selalu
ada guide yang menjajakan jasa yang sama.
Agak risih, sehabis sarapan dan makan, seorang pemandu kembali mendatangi
kami. Negosiasi berjalan alot sampai kemudian dipastikan kalau kami akan naik
perahu boat ber-dua belas orang. Ada tiga destinasi yang bisa dikunjungi
sekaligus dengan satu kali jalan. Namun pilihan pertama kami jatuh ke Batu
Payung – destinasi unik dengan spot foto cantik. Di sana, ada sebuah bebatuan besar
yang meyerupai payung dan berdiri tegak sendirian di samping bukit yang menjulang.
Sebelum runtuh (yang piss dua jari Haeni, mabuk darat waktu pulang)
Naik perahu untuk pertama kalinya, mana belum bisa berenang lagi! Wkwk
Selama perjalanan ke lokasi, ombak besar dan perahu yang sedikit goyang
menjadi pelengkap ketakutan. Percikan air beberapa kali masuk ke dalam perahu. Serta
teriakan dari teman-teman dicampur sedikit
tawa membuat siang itu terasa luar biasa. “Ndekman merariq! Ndekman mele
mate! Tolongk ya Allah...” – dengung salah satu teman.
Lelautan biru dan air yang jernih membuat kami terasa begitu nyaman.
Barangkali, inilah untuk pertama kalinya kami merasakan hidup seperti Larry
(bagi yang sering nonton animasi Spongebob pasti mengerti maksud saya). Bersih,
rapi, tanpa sampah yang mendatangi. Hidup Bikini Bottom! Saya cinta laut!
Anaknya Putri Mandalike
Setibanya di Batu Payung, kami turun. Perahu boat yang mengantar kami
berbalik arah menjemput penumpang lain. Di Batu Payung, beberapa bapak paruh
baya menjajakan kelapa muda kepada wisatawan. Kesempatan di Batu Payung adalah hal
yang luar biasa. Kenapa? Karena malam harinya sejak kedatangan kami kemarin,
batu besar itu runtuh oleh ombak malam.
Kami foto sepuas-puasnya. Dzuhur sepertinya akan segera datang, kami
memutuskan untuk membatalkan rencana ke destinasi lainnya. Bukan karena ingin cepat-cepat
sholat, tapi karena beberapa teman sepertinya mabuk kalau berada di atas perahu
terlalu lama. Bukan saya tapi ya!
Supir kami yang sadar kamera
Haris, salah satu teman kami tampak memanggil perahu boat yang kami tumpangi
untuk segera meminggirkan perahunya. Teriakan kerasnya tak terdengar. Perahu
tersebut malah semakin menjauh. Seolah putus asa, seorang teman bilang, “Sepertinya
perahu tersebut berbalik karena kita terlalu banyak nawar.” Seorang teman lainnya
membalas, “Tadi sebelum naik perahu sudah dibicarakan belum? Jangan-jangan
uang yang tadi kita kasih untuk ongkos jalannya doang. Baliknya berenang sendiri!”
Yang ditunggu akhirnya datang, perahu tersebut bersandar di sisi pulau.
Kami kembali ke pesisir Pantai Tanjung Aan.
Perjalan kedua, kami ke Pantai Mandalika. Hanya sebentar saja. Ke sana cuma
buat makan rujak sambil nyanyi Happy Birthday To You – ya, salah satu
teman saya ulang tahun. Selamat ulang tahun, Husnul!
Selamat Ulang Tahun yang ke-212
Singkat cerita, kami pulang dengan bahagia dan dengan beragam cerita.
Bagikan
Perpisahan di Akhir Maret
4/
5
Oleh
Muhammad Getar