Sabtu, 14 November 2015

BEHA with Roffie Khaliffa

Saya hampir lupa ini hari Sabtu. Dan seperti biasa, ada BEHA. Bencang Hangat. Oh ya, buat kalian yang belum baca BEHA sebelumnya, bisa dibaca di sini, sini, atau sini. Terakhir, ada di sini.

Sebelumnya, saya perkenalkan dulu siapa bintang tamu pagi hari ini. Namanya Roffie Khaliffa. Asli Tangerang, dan sudah melahirkan dua buah anak unyu. Hasil hubungannya dengan 2 penerbit berbeda. Status JOMBLO. Hoby baca buku dan baca pikiran orang. Jauh sebelum hari ini dia sudah kontak saya, “Kamu mau nge-BEHA-in aku, ya?”

Ofi lagi dzikiran

Tuh, hebat kan. Oke, langsung saja. Kebetulan dia datang ke rumah saya pagi sekali. Sebelum sholat Shubuh. Waktu itu saya sedang tidur, dia ketok pintu, setelah itu masuk ke ruang tamu dan duduk manis.

Beberapa waktu berlalu, saya keluar kamar berniat untuk sholat Shubuh. Eh, ngeliat dia. Ya saya ajakin sholat jamaah. Setelah itu kami duduk layaknya tamu dan pemilik rumah.
Saya masih malu-malu buat nanya. Tapi, setelah dia mengajukan diri, saya merasa nyaman.

Roffie : Kamu ngga nanya-nanya aku? Atau kamu yang mau ditanya?
Saya : Hmm, ya, saya mau nanya. Tapi...

Roffie : Tapi apa? Aku jauh-jauh datang ke sini buat ditanyain kamu loh. Aku capek, ngga ada orang yang nanyain kabar. Capek Mas, Capek!

Saya : Oke, apa kabar?
Roffie : Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri bagaimana?
Saya : Saya? Wah, baik sekali. Eh gantian dong. Saya yang nanya, orang di sini saya pemilik rumah. Kuasa saya dong, ah. Setuju?
Roffie : Ya deh.

Saya : Hai, Ofi! Sudah tahu sedang ada di mana?
Roffie : Belum. Ini tempat apa sih?

Saya : Kamu lagi di rumah saya. Oh ya, perkenalkan diri dulu dong, sama pemirsa di mana pun berada.
Roffie : Camilannya dulu mana?

Saya : Itu, udah saya taruh di bawah meja. Kamu ngga peka. Buka sendiri ya. Itu khusus buat kamu kok.
Roffie : Ini ngga ada racunnya kan? Kayak di tv-tv gitu.

Saya : Ngga ada. Ayo. Perkenalkan diri.
Roffie : Baiklah. Halo! Aku Roffie Khaliffa. Khaliffa nama belakangku ini sama sekali ngga ada sangkutpautnya sama Wiz Khaliffa atau Mia Khaliffa kok. Soalnya banyak banget yang nanya, jadi sebelum ditanya aku jelaskan dulu. Oh ya, aku jomblo! Baru punya dua buku, yang kata orang sih dua-duanya buku galau. Apalagi ya?

Saya : Umur, domisili, dan golongan darah.
Roffie : Umur, baru kemarin 21. Domisili saat ini Pamulang, Tangerang Selatan, baru sebulan jadi anak kostan. Golongan darah O. Perlu nomor telepon juga? Barangkali mau transfer pulsa.

Saya : Pulsa itu apa? -___-“  Oke, skip. Udah tahu kepanjangan BEHA? Ini pertanyaan wajib untuk semua orang yang datang ke rumah.
Roffie : Kemarin sih tahu, sekarang enggak. Lupa, Pak.

Saya : Hufftzz. Udah nerbitin dua novel. Novel apa aja tuh. Bisa diceritain? Biar nanti yang lain ngga membuat pertanyaan tambahan. Waktu kita sedikit. *tiba-tiba seperti presentase dalam kelas*
Roffie : Iya, Alhamdulillah, ya. Sesuatu. Dua novelku settingnya sama-sama Italia. Sama-sama di Vience. Dan sama-sama terbit di tahun ini, tapi di bulan yang berbeda dan dengan penerbit yang juga beda. Novel pertama : Love In Italy. Terbit di bulan Mei 2015, dari penerbit Sheila Fiksi. Kalau novel kedua : Amore Mio. Terbit bulan September 2015 kemarin, dari De Teens.

Saya : Dua-duanya setting Italy. Ada kesan khusus  tentang negara yang satu ini?
Roffie : Hmmm. Sebelum bikin dua novel itu, kebetulan memang lagi jatuh cinta sama Italia. Terlebih, Veince dan Verona. Sampai novel pertama selesai, perasaan jatuh cinta itu belum usai. Jadi, aku memutuskan untuk membuat naskah lagi dengan setting yang sama, tapi dengan cerita yang beda. Walaupun ngga sedikit yang mengira novel keduaku ini adalah sekuel dari yang pertama.




Amore Mio via Blog Diva 

Saya : Moga bisa ke sana secepatnya ya! Untuk riset, makan waktu berapa lama, sih. Sama nunggu terbitnya berapa lama.
Roffie : Aamiin... riset untuk novel yang pertama cuma sebulan. Karena kau cuma ambil setting-setting Veince yang sudah mainstream, bisa ditemukan di banyak artikel dan blog. Kalau di novel kedua... Behh! Aku hampir hopeles perihal riset yang selalu dinilai kurang matang sama editor pembimbing. Sssst, jangan bilang-bilang ke Mba Nisrina Lubis, ya!

Saya : Lah, Mba Rina kemarin mampir ke rumah. Tapi ngga penting kok. Ayo lanjut.
Roffie : Penantian terbit untuk novel pertama sekitar nyaris dua tahunan. Beda sama yang kedua, cuma beberapa bulan.

Saya : Kok segitunya ya. Ngasih kabar ngga, tiba-tiba udah mau dua tahun, baru nongol. Andai pacar kayak gitu, tandanya minta disembelih, tuh.
Roffie : Hmmm. Aku sampai sudah mengoleksi 22 mantan dalam waktu penantian itu, lho.

Saya : 22 mantan? Itu dua kesebelasan tim sepak bola atau apa? Eh, harga novelnya berapa sih.
Roffie : 22 mantan (gebetan) tepatnya. Harga novel pertama 47 ribu. Kedua 40 ribu. Terjangkau kan? Yuk, diborong.

Saya : Punya waktu khusus buat menulis?
Roffie : Ngga ada. Aku bisa nulis kapan aja dan di mana aja. Tapi kalau waktu rutinnya sih malam-malam, sampai jelang dini hari. Itu biasanya kalau lagi nulis draft novel.

Saya : Hmm, ya, ya. Penulis  favorite siapa? Dan, saran buat penulis yang pengen ngambil setting luar negeri, apa aja.
Roffie : Punya dong. Nicholas Sparks! Hm, memakai setting luar negeri itu ngga mudah. Jangan dianggap sepele! Selain harus pintar membuat setting yang nyata, dalam artian bukan setting tempelan apalagi oplosan, kita juga harus pintar menyesuaikan suasana yang betul-betul suasana di suatu negara itu. Bukan misal, setting Italia tapi rasa Korea. Apalagi kalau mau membuat novel dengan tokoh non-Indonesia. Harus benar-benar riset bukan sekedar sterotype mereka di suatu negara mereka tinggal, tapi juga harus paham bagaimana pola pikir mereka dan kepribadian dilihat dari lingkungan mereka.

Saya : Hooh, oh, eh, tadi bilang Nicholas Sparks.  Dia masih ada hubungan darah ngga dengan Nicholas Saputra? Ini pertanyaan serius.
Roffie : Mereka saudaraan. Dulu, mereka terlibat cinta segitiga memperebutkan Dian Sastro. Sebab itu Sparks pergi dari Indonesia dan selalu bikin kisah-kisah galau, terinspirasi dari kegalauan karena Dian Sastro lebih memilih Saputra.

Saya : Kamu galau, nggak? Mau saya buat ngga galau lagi?
Roffie : Pfttz -___-“

Saya : Pernah ngalamin writer block? Kalau iya cara ngadepinnya bagaimana.
Roffie : WB? Aku ngga percaya sama WB, itu mitos. Yang ada itu kemalasan menyelesaikan naskahmu!

Saya : Santai, santai! Tenang. Minum air dulu. Tapi, sebelumnya saya mau masak aeeer.
Ofi tampak kesal gara-gara ditanyain tentang Writer Block.
Saya : Cara menggali ide itu bagaimana?
Roffie : Ide itu bisa datang kapan pun. Selalu bersiap aja kuncinya. Kapan pun ide datang, catat! Walau cuma satu kata.
Aku nulis cerpen dan prosa, biasanya. Tengok aja ke blogku, nih alamatnya.

Saya : Makanan kesukaan apa? Minuman juga apa?
Roffie : Aku suka semua makanan. Yang penting, no pake-pake kecap dan pisang! Kalau minuman, aku termasuk coffe addict.

Saya : Pisang? Padahal cewek-cewek biasanya suka pisang. Walau ngga dimakan. Eh, sampai mana tadi. Kopi ya? Kamu mau saya bikinin kopi?
Roffie : Mau, tapi aku ngga suka sama kopi luwak. Menurutku aneh rasa dan wanginya. Delivery’in Pizza sekalian.

Saya : Padahal, kopi luwak salah satu kopi kesukaanku.
Roffie : Kita memang tak jodoh, Mas!

Saya : Demi kamu, luwak saya tinggalin.
Roffie : Masa sih? itu buktinya masih asyik nyeruput kopi luwak.

Saya : Worrrgh, enak aja. Luwaknya udah saya buang. Weeek! Eh, kenapa cewek cepat marah kalau lagi PMS.
Roffie : Aku ngga kok.

Saya : Iya deh. Demi kamu. Apa pun itu. Aku rela.
*Cek jam tangan yang digantung di tembok*
Saya : Hm, udah pagi aja nih. Saya mau nganterin anak-anak. Bisa saya tanya lagi? Ini pertanyaan terakhir.
Roffie : Boleh.

Saya : Pesan dan saran untuk penulis pemula. Juga, tipsnya.
Roffie : Pesan dan saran buat kalian penulis pemula. Astaga! Diriku pun masih pemula. Gini, kalau mau jadi penulis, ya harus nulis! Bukan cuma berandai-andai. Kalau sudah nulis, ya selesaikanlah. Bukan tiba-tiba di tengah jalan sok ngeluh writer block. Hellow? Itu terjadi karena kalian ngga konsisten dengan naskah kalian. Yang terpenting, cinta dan perdalami dulu cerita yang pengen kamu buat sebelum mulai menulis kata pertama. Apa pun itu, kalau dikerjakannya dengan rasa cinta, hasilnya pasti indah.

Saya : Super sekalayyyu! Sebelum saya usir, ada kata-kata terakhir?
Roffie : Boleh aku bawa semua cemilannya? Buat cadangan di kostan.

Saya : Boleh! Boleh banget. Bungksunya ya. Isinya ngga usah. Hmmm, nunggu saya usir dulu baru pulang? Sana! Pulang.

Tanpa sepatah kata, Ofi pulang. Membuka pintu rumah. Berjalan ke arah timur – tepat ketika matahari baru menampakkan wajahnya. Dia semakin menjauh, dan kini tinggal bayangannya saja. Saya berlari mengejarnya, bukan apa-apa, sendal Sky Way-nya ketinggalan.
Terima kasih! J





Bagikan

Jangan lewatkan

BEHA with Roffie Khaliffa
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

6 komentar

Tulis komentar
avatar
14 November 2015 pukul 09.07

Bikin novel dua setting tempat yang sama di Italy, gaul banget deh.. apalagi terbit di tahun yang sama... beuh~ produktif banget...

Kerenlah penulisnya. :D

Reply
avatar
14 November 2015 pukul 14.20

mas tar, ini nyata ape cuma karanganmu doang? bingung aku... wah, ada mas edotz di atas, btw aku punya bukumu yg cancut marut itu lho mas.. wakawaka...

Reply
avatar
15 November 2015 pukul 09.44

Halo, Ofi. Kita tetanggaan loh. Maen-maenlah siapa tau lahir anak ketiga. :*

Reply
avatar
3 Januari 2016 pukul 10.57

Produktif sambil galau-galauan itu berjalan sejajar, Mas Dotz.

Reply
avatar
3 Januari 2016 pukul 10.58

Kejadian nyata yang difiksikan Mas Ibn.

Reply