Saya hampir lupa ini hari Sabtu. Dan seperti biasa,
ada BEHA. Bencang Hangat. Oh ya, buat kalian yang belum baca BEHA sebelumnya,
bisa dibaca di sini, sini, atau sini. Terakhir, ada di sini.
Sebelumnya, saya perkenalkan dulu siapa bintang tamu
pagi hari ini. Namanya Roffie Khaliffa. Asli Tangerang, dan sudah melahirkan
dua buah anak unyu. Hasil hubungannya dengan 2 penerbit berbeda. Status JOMBLO.
Hoby baca buku dan baca pikiran orang. Jauh sebelum hari ini dia sudah kontak
saya, “Kamu mau nge-BEHA-in aku, ya?”
Ofi lagi dzikiran
Tuh, hebat kan. Oke, langsung saja. Kebetulan dia
datang ke rumah saya pagi sekali. Sebelum sholat Shubuh. Waktu itu saya sedang
tidur, dia ketok pintu, setelah itu masuk ke ruang tamu dan duduk manis.
Beberapa waktu berlalu, saya keluar kamar berniat
untuk sholat Shubuh. Eh, ngeliat dia. Ya saya ajakin sholat jamaah. Setelah itu
kami duduk layaknya tamu dan pemilik rumah.
Saya masih malu-malu buat nanya.
Tapi, setelah dia mengajukan diri, saya merasa nyaman.
Roffie : Kamu ngga
nanya-nanya aku? Atau kamu yang mau ditanya?
Saya : Hmm, ya, saya
mau nanya. Tapi...
Roffie : Tapi apa? Aku
jauh-jauh datang ke sini buat ditanyain kamu loh. Aku capek, ngga ada orang
yang nanyain kabar. Capek Mas, Capek!
Saya : Oke, apa
kabar?
Roffie :
Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri bagaimana?
Saya : Saya? Wah,
baik sekali. Eh gantian dong. Saya yang nanya, orang di sini saya pemilik
rumah. Kuasa saya dong, ah. Setuju?
Roffie : Ya deh.
Saya : Hai, Ofi!
Sudah tahu sedang ada di mana?
Roffie : Belum. Ini
tempat apa sih?
Saya : Kamu lagi di
rumah saya. Oh ya, perkenalkan diri dulu dong, sama pemirsa di mana pun berada.
Roffie : Camilannya
dulu mana?
Saya : Itu, udah
saya taruh di bawah meja. Kamu ngga peka. Buka sendiri ya. Itu khusus buat kamu
kok.
Roffie : Ini ngga ada
racunnya kan? Kayak di tv-tv gitu.
Saya : Ngga ada.
Ayo. Perkenalkan diri.
Roffie : Baiklah.
Halo! Aku Roffie Khaliffa. Khaliffa nama belakangku ini sama sekali ngga ada
sangkutpautnya sama Wiz Khaliffa atau Mia Khaliffa kok. Soalnya banyak banget
yang nanya, jadi sebelum ditanya aku jelaskan dulu. Oh ya, aku jomblo! Baru punya
dua buku, yang kata orang sih dua-duanya buku galau. Apalagi ya?
Saya : Umur, domisili,
dan golongan darah.
Roffie : Umur, baru
kemarin 21. Domisili saat ini Pamulang, Tangerang Selatan, baru sebulan jadi
anak kostan. Golongan darah O. Perlu nomor telepon juga? Barangkali mau
transfer pulsa.
Saya : Pulsa itu
apa? -___-“ Oke, skip. Udah tahu
kepanjangan BEHA? Ini pertanyaan wajib untuk semua orang yang datang ke rumah.
Roffie : Kemarin sih
tahu, sekarang enggak. Lupa, Pak.
Saya : Hufftzz. Udah
nerbitin dua novel. Novel apa aja tuh. Bisa diceritain? Biar nanti yang lain
ngga membuat pertanyaan tambahan. Waktu kita sedikit. *tiba-tiba seperti
presentase dalam kelas*
Roffie : Iya,
Alhamdulillah, ya. Sesuatu. Dua novelku settingnya sama-sama Italia. Sama-sama
di Vience. Dan sama-sama terbit di tahun ini, tapi di bulan yang berbeda dan
dengan penerbit yang juga beda. Novel pertama : Love In Italy. Terbit di bulan
Mei 2015, dari penerbit Sheila Fiksi. Kalau novel kedua : Amore Mio. Terbit
bulan September 2015 kemarin, dari De Teens.
Saya : Dua-duanya
setting Italy. Ada kesan khusus tentang
negara yang satu ini?
Roffie : Hmmm. Sebelum
bikin dua novel itu, kebetulan memang lagi jatuh cinta sama Italia. Terlebih,
Veince dan Verona. Sampai novel pertama selesai, perasaan jatuh cinta itu belum
usai. Jadi, aku memutuskan untuk membuat naskah lagi dengan setting yang sama,
tapi dengan cerita yang beda. Walaupun ngga sedikit yang mengira novel keduaku
ini adalah sekuel dari yang pertama.
Amore Mio via Blog Diva
Saya : Moga bisa ke sana
secepatnya ya! Untuk riset, makan waktu berapa lama, sih. Sama nunggu terbitnya
berapa lama.
Roffie : Aamiin...
riset untuk novel yang pertama cuma sebulan. Karena kau cuma ambil
setting-setting Veince yang sudah mainstream, bisa ditemukan di banyak artikel
dan blog. Kalau di novel kedua... Behh! Aku hampir hopeles perihal riset yang
selalu dinilai kurang matang sama editor pembimbing. Sssst, jangan bilang-bilang
ke Mba Nisrina Lubis, ya!
Saya : Lah, Mba Rina
kemarin mampir ke rumah. Tapi ngga penting kok. Ayo lanjut.
Roffie :
Penantian terbit untuk novel pertama sekitar nyaris dua tahunan. Beda sama yang
kedua, cuma beberapa bulan.
Saya : Kok segitunya
ya. Ngasih kabar ngga, tiba-tiba udah mau dua tahun, baru nongol. Andai pacar
kayak gitu, tandanya minta disembelih, tuh.
Roffie : Hmmm. Aku
sampai sudah mengoleksi 22 mantan dalam waktu penantian itu, lho.
Saya : 22 mantan? Itu
dua kesebelasan tim sepak bola atau apa? Eh, harga novelnya berapa sih.
Roffie : 22 mantan
(gebetan) tepatnya. Harga novel pertama 47 ribu. Kedua 40 ribu. Terjangkau kan?
Yuk, diborong.
Saya : Punya waktu
khusus buat menulis?
Roffie : Ngga ada. Aku
bisa nulis kapan aja dan di mana aja. Tapi kalau waktu rutinnya sih
malam-malam, sampai jelang dini hari. Itu biasanya kalau lagi nulis draft
novel.
Saya : Hmm, ya, ya.
Penulis favorite siapa? Dan, saran buat
penulis yang pengen ngambil setting luar negeri, apa aja.
Roffie : Punya dong.
Nicholas Sparks! Hm, memakai setting luar negeri itu ngga mudah. Jangan
dianggap sepele! Selain harus pintar membuat setting yang nyata, dalam artian
bukan setting tempelan apalagi oplosan, kita juga harus pintar menyesuaikan
suasana yang betul-betul suasana di suatu negara itu. Bukan misal, setting
Italia tapi rasa Korea. Apalagi kalau mau membuat novel dengan tokoh
non-Indonesia. Harus benar-benar riset bukan sekedar sterotype mereka di suatu
negara mereka tinggal, tapi juga harus paham bagaimana pola pikir mereka dan
kepribadian dilihat dari lingkungan mereka.
Saya : Hooh, oh, eh,
tadi bilang Nicholas Sparks. Dia masih
ada hubungan darah ngga dengan Nicholas Saputra? Ini pertanyaan serius.
Roffie : Mereka
saudaraan. Dulu, mereka terlibat cinta segitiga memperebutkan Dian Sastro.
Sebab itu Sparks pergi dari Indonesia dan selalu bikin kisah-kisah galau,
terinspirasi dari kegalauan karena Dian Sastro lebih memilih Saputra.
Saya : Kamu galau,
nggak? Mau saya buat ngga galau lagi?
Roffie : Pfttz -___-“
Saya : Pernah
ngalamin writer block? Kalau iya cara ngadepinnya bagaimana.
Roffie : WB? Aku ngga
percaya sama WB, itu mitos. Yang ada itu kemalasan menyelesaikan naskahmu!
Saya : Santai,
santai! Tenang. Minum air dulu. Tapi, sebelumnya saya mau masak aeeer.
Ofi tampak kesal gara-gara ditanyain tentang Writer
Block.
Saya : Cara menggali
ide itu bagaimana?
Roffie : Ide itu bisa
datang kapan pun. Selalu bersiap aja kuncinya. Kapan pun ide datang, catat!
Walau cuma satu kata.
Aku nulis cerpen dan prosa, biasanya. Tengok aja ke
blogku, nih alamatnya.
Saya : Makanan
kesukaan apa? Minuman juga apa?
Roffie : Aku suka
semua makanan. Yang penting, no pake-pake kecap dan pisang! Kalau minuman, aku
termasuk coffe addict.
Saya : Pisang?
Padahal cewek-cewek biasanya suka pisang. Walau ngga dimakan. Eh, sampai mana
tadi. Kopi ya? Kamu mau saya bikinin kopi?
Roffie : Mau, tapi aku
ngga suka sama kopi luwak. Menurutku aneh rasa dan wanginya. Delivery’in Pizza
sekalian.
Saya : Padahal, kopi
luwak salah satu kopi kesukaanku.
Roffie : Kita memang
tak jodoh, Mas!
Saya : Demi kamu,
luwak saya tinggalin.
Roffie : Masa sih? itu
buktinya masih asyik nyeruput kopi luwak.
Saya : Worrrgh, enak
aja. Luwaknya udah saya buang. Weeek! Eh, kenapa cewek cepat marah kalau lagi
PMS.
Roffie :
Aku ngga kok.
Saya : Iya deh. Demi
kamu. Apa pun itu. Aku rela.
*Cek jam tangan yang digantung di tembok*
Saya : Hm, udah pagi
aja nih. Saya mau nganterin anak-anak. Bisa saya tanya lagi? Ini pertanyaan
terakhir.
Roffie :
Boleh.
Saya : Pesan dan
saran untuk penulis pemula. Juga, tipsnya.
Roffie : Pesan dan
saran buat kalian penulis pemula. Astaga! Diriku pun masih pemula. Gini, kalau
mau jadi penulis, ya harus nulis! Bukan cuma berandai-andai. Kalau sudah nulis,
ya selesaikanlah. Bukan tiba-tiba di tengah jalan sok ngeluh writer block.
Hellow? Itu terjadi karena kalian ngga konsisten dengan naskah kalian. Yang
terpenting, cinta dan perdalami dulu cerita yang pengen kamu buat sebelum mulai
menulis kata pertama. Apa pun itu, kalau dikerjakannya dengan rasa cinta,
hasilnya pasti indah.
Saya : Super sekalayyyu!
Sebelum saya usir, ada kata-kata terakhir?
Roffie : Boleh aku
bawa semua cemilannya? Buat cadangan di kostan.
Saya : Boleh! Boleh
banget. Bungksunya ya. Isinya ngga usah. Hmmm, nunggu saya usir dulu baru
pulang? Sana! Pulang.
Tanpa sepatah kata, Ofi pulang. Membuka pintu rumah.
Berjalan ke arah timur – tepat ketika matahari baru menampakkan wajahnya. Dia
semakin menjauh, dan kini tinggal bayangannya saja. Saya berlari mengejarnya,
bukan apa-apa, sendal Sky Way-nya ketinggalan.
Terima kasih! J
Bagikan
BEHA with Roffie Khaliffa
4/
5
Oleh
Muhammad Getar
6 komentar
Tulis komentarBikin novel dua setting tempat yang sama di Italy, gaul banget deh.. apalagi terbit di tahun yang sama... beuh~ produktif banget...
ReplyKerenlah penulisnya. :D
mas tar, ini nyata ape cuma karanganmu doang? bingung aku... wah, ada mas edotz di atas, btw aku punya bukumu yg cancut marut itu lho mas.. wakawaka...
ReplyHalo, Ofi. Kita tetanggaan loh. Maen-maenlah siapa tau lahir anak ketiga. :*
ReplyProduktif sambil galau-galauan itu berjalan sejajar, Mas Dotz.
ReplyKejadian nyata yang difiksikan Mas Ibn.
ReplyJangan main-main, Bani! Haha
Reply