Cemilan, kopi, teh, sudah menjadi bagian dari hidup kami di
Jogja. Tanpa mereka, mana bisa kami hidup. *lirik perut masing-masing, sebab
melirik perut orang itu kurang ajar*WKS
Jam 08.00, ada materi tentang keredaksian dari Mbak Munal.
Tentang bagaiman naskah itu masuk. Naskah diterima, Alhamdulillah. Naskah
ditolak, udah biasa aja. Cinta ditolak, makan naskah yang sudah ditolak. HAKK!
Mbak Munnal sedang menjelaskan
Sesi kedua setelah itu ada sharing dari Bang Ginanjar Teguh.
Beliau alumnus KF13. Beliau menjelaskan banyak tentang proses menulis dan lainnya.
Eh, Bang Ginanjar Teguh udah punya novel, judulnya Bulan Merah. Kami apa atuh,
Bang! L
Nulis diary setengah lembar aja ngga sanggup gara-gara diary-nya udah basah
duluan.
Bang Gin
Bang Gin jadi pemateri selama satu jam. Setelah itu ada
evalusi cerpen terpilih dan materi tentang state of mind, langsung dari Pak
Edi. Dan cerpen yang terbaik adalah....
Ibu kita... Kartini Mbak Erin! Selamat, Mba. Dapat baju basabasi.co , dapat
fee. Mengalahkan cerpen Gus Mul aka Agus Mulyadi yang jadi panutan selama
Kampus Fiksi. Yang ngga terpilih kayak saya, dan teman-teman lainnya, bagaimana
kalau kita publikasikan cerpen kita masing-masing. Kita buat web, namanya
basisekali.co . HAHA. Jadi, webnya berisikan naskah-naskah yang selalu ditolak
dan banyak typonya. Colek mimin @KampusFiksi.
Pak Edi menjelaskan tentang state of mind
Jam 13.00 sampai 15.00, ada proses menulis novel sastra oleh
Mas Makhfud Ikhwan. Kami lebih banyak tertawa ketika Mas Makhfud menjelaskan.
Beliau bercerita mengenai novelnya. Apa saja yang menjadi tema besarnya. Proses menulis.
Dan banyak yang lainnya.
Mas Makhfud. Penulis Kambing dan Hujan
Pak Edi dan Mas Makhfud
Setelah itu, sesi yang ditunggu-tunggu. Bimbingan menulis
online dari Mbak Rina. Jadi, di sini ada bimbingan online bagi peserta yang
ingin mengembangkan ide tulisannya menjadi sebuah novel. Nanti, bisa menghubungi
Mbak Rina. Kalau mau ngajuin, kudu ikut Kampus Fiksi dulu. Ngga usah pusing
masalah berapa bayaran tuk SPP-nya, cukup kirim cerpen kalau pendaftaran sedang
dibuka.
Mbak Lubis, Nisrina udah tadi
Ishoma sampai pukul 19.00
Sesi ini adalah sesi yang tidak saya harapkan. Sesi
penutupan oleh Pak Edi. Dan foto bersama. Penutupan, saya rasa ini bukan hal
yang enak kedengarannya. Tiga hari bersama. Makan bersama. Mandiri bersama
ngantri bersama, memiliki perasaan yang sama, tapi belum berani saling
ungkap-mengungkapkan.
Kami harus berpisah dan kembali ke rumah masing-masing.
Hidup seperti biasa. Meninggalkan Jogja, Kampus Fiksi yang selalu ada di hati.
Berpisahan dengan saudara baru, gebetan baru, dan semua kisah tentang Kampus Fiksi
yang kocak tapi serius.
Pak Edi membuat saya ingin meneteskan air mata. Tapi, setelah
melihat yang lain biasa aja, air mata saya, harus saya tahan dulu. Barangkali,
ada yang lebih dulu menangis, ternyata ngga ada. Menahan air mata memang sulit.
Sama kayak nahan perasaan sama seseorang dan kitanya itu ngga pedean. Saya
diam-diam menangis kecil. Sembari ketawa ngakak setelah melihat kerjaan Mimin
@KampusFiksi yang menggelitik itu.
Pokonya malam itu adalah malam ketawa, sedih juga iya.
Pokoknya asem garemnya perasaan dicampur jadi satu.
Kampus Fiksi angkatan 14 berpose manja dengan Pak Edi dan para mentor
Ini cuma bonus
Kelanjutannya ada di sini.
Bagikan
Kampus Fiksi Part 3
4/
5
Oleh
Muhammad Getar
4 komentar
Tulis komentaristimewaaaaah
ReplyAsik kaan.. seru kaan.. :D
ReplyISTIMEWAHHHH. HIHI
ReplySeru sangat. :3
Reply