Wisata Loang Baloq
Hari ini saya kena PHP
sebanyak tiga kali oleh tiga dosen yang
berbeda. Pagi tadi katanya kita masuk mata kuliyah Hadits Tarbiyah. Jadwalnya
sih ngga ada. Tapi karena pada pertemuan sebelumnya kita pernah ngga masuk,
dosen bermaksud mengganti mata kuliyah tersebut pada hari ini. Tapi, ya,
dosennya PHP. Kitanya ngga masuk-masuk. Yang ada masuk angin gara-gara maksain
diri ke kampus pagi-pagi sekali.
Begitu pula mata kuliyah
kedua dan ketiga hari ini. Tela’ah Kurikulum Bahasa Arab dan Balaghah 1.
Dua-duanya ngga masuk. Jam siang, dan cepat-cepat dari kos-kosan, hasilnya zonk
kayak acara di Uya Kuya. Udahlah, saya tidak mau berlarut menceritakan
pengalaman hari ini. Mungkin dosen-dosen pada sibuk dengan urusan yang lebih
penting dari ini. Semoga~
Kemarin, hari Rabu saya dan
tiga anak buah saya. Ikrom, Amin, dan Alim pergi ke salah satu tempat wisata di
Lombok – Loang Baloq. Kami berangkat pukul sembilan lebih beberapa menit,
setelah sebelumnya kami masuk Mata Kuliyah Tafsir Tarbiyah. Kami ke Loang Baloq
hanya untuk mengisi kekosongan sebab siang harinya pada pukul dua siang masih
ada jadwal kuliyah lagi. Selain itu, Loang Baloq menjadi pilihan utama sebab jarak
dari kampus ke sana tidak jauh-jauh amat.
Dari parkiran kampus ketika
menyalakan motor sampai di loket pembayaran karcis masuk, hal yang menjadi
perdebatan adalah harga tiket. Bukannya mempermasalahkan harganya. Tapi,
sebagai pemuda-pemudi yang selalu berharap, tentu kami ingin satu hal,
‘kepastian.’
Di tempat wisata, kami
dipungut biaya tiga ribu rupiah. Naik satu ribu dari harga terakhir kali saya
ke tempat ini.
Satu hal yang mengganjal buat
saya ketika melihat tiket tersebut. Di sana, terpampang jelas stempel dengan
tulisan ‘satu helm tiga ribu.’ Bukan apa-apa, bagaimana kalau saya pake dua
helm? Apa saya harus bayar enam ribu? Atau saya pakai dua motor tapi satu helm
apa saya tetap bayar tiga ribu doang? Saya mikir, ini yang diparkirin helm apa
motor. Yang lebih berharga helm apa motor. Karena kemarin teman saya ngga bawa
helm, saya bayarnya tiga ribu doang. Saya masih bingung. Yang dikarcisin
seharga tiga ribu itu apa? Sudahlah. Ini tidak penting untuk dibahas.
Difoto tanpa sepengetahuan
Wisata Loang Baloq lebih
mirip taman. Di tengah-tengahnya ada kolam besar / danau dan ada perahu motof
bebek yang memiliki tarif lima ribu rupiah untuk menaikinya. Pewisata cukup
mengayuh pedalnya agar sampan bebek berjalan.
Saya taksir, taman ini lebih
dari satu hektar. Taman bundar ini
ditumbuhi oleh pepohonan rindang nan sejuk. Ada penjaja kacang, dan makanan-makanan
lainnya. Ada pula warung kecil-kecilan di pingir jalan setapak yang melingkari
danau kecil ini.
Ada beberapa berugak yang
berdiri di atas danau. Sangat nyaman untuk beristirahat. Suasananya adem,
nyaman, dan juga strategis. Karena jumlah berugak yang sedikit, maka siapa yang
duluan, dialah yang bisa duduk-duduk di sana. Tapi, jangan khawatir, di dekat
jalan setapak juga ada tempat-tempat duduk semacam taman.
Ada yang belum tahu berugak?
Berugak itu, bangunan yang dibagun dengan kayu sebagai penopangnya. Atapnya
bisa berupa genteng atau ilalang. Dan tidak memiliki penutup di sekelilingnya. Berugak
biasa digunakan sebagai tempat santai-santai, ngobrol, atau tidur-tiduran.
Berugaq Elen
Oh ya, taman ini terletak di
pinggir pantai. Jadi, bisa sekalian mandi juga. Tembok besar menjadi dinding
tempat wisata ini. Tapi, di beberapa tempat, belum menggunakan tembok. untuk
tempat yang mengarah ke pantai langsung, tidak dipagari sedikitpun. Ya iya,
masak ada orang nekat mau masuk ke taman ini lewat laut lepas?
Niat awalnya, kami ke Loang
Baloq pengen diskusi. Tapi, hal lain yang membuat kami hanya bermain dan
tertawa melihat anak-anak SMA yang sedang pacaran. Pacarannya kayak film-film
India. Ceweknya tiduran di atas paha cowok. Kemudian mereka saling pandang. Saya
sangat berharap Pak Satpol PP datang pagi itu. Tapi, harapan saya ngga kunjung
terkabul. Emang, berharap terlalu lebih itu lebih banyak sakitnya.
Karena lapar, sebelum kembali
ke kampus, kami makan-makan dulu di salah satu warung. Pemilik warung kayaknya
kurang teliti atau bahkan teramat teliti. Bungkusan nasi tersaji lima buah. Sedang, kami ada empat orang saja.
Salah, kan? Tapi, benar juga sih. Saya sendiri makan dua bungkus nasi. Jadi,
sah-sah aja.
Aminullah, divisi konsumsi
Dan, kami pulang...
Difoto dalam keadaan sadar emang jelek hasilnya
Dimana tempat favoritmu di
tempat asalmu?
Bagikan
Wisata Taman Loang Baloq
4/
5
Oleh
Muhammad Getar
2 komentar
Tulis komentarternyata taman ya :D kirain wisata danau gitu~
ReplyIya, hehe
Reply