Kamis, 01 Oktober 2015

Wisata Taman Loang Baloq


Wisata Loang Baloq

Hari ini saya kena PHP sebanyak tiga  kali oleh tiga dosen yang berbeda. Pagi tadi katanya kita masuk mata kuliyah Hadits Tarbiyah. Jadwalnya sih ngga ada. Tapi karena pada pertemuan sebelumnya kita pernah ngga masuk, dosen bermaksud mengganti mata kuliyah tersebut pada hari ini. Tapi, ya, dosennya PHP. Kitanya ngga masuk-masuk. Yang ada masuk angin gara-gara maksain diri ke kampus pagi-pagi sekali.

Begitu pula mata kuliyah kedua dan ketiga hari ini. Tela’ah Kurikulum Bahasa Arab dan Balaghah 1. Dua-duanya ngga masuk. Jam siang, dan cepat-cepat dari kos-kosan, hasilnya zonk kayak acara di Uya Kuya. Udahlah, saya tidak mau berlarut menceritakan pengalaman hari ini. Mungkin dosen-dosen pada sibuk dengan urusan yang lebih penting dari ini. Semoga~

Kemarin, hari Rabu saya dan tiga anak buah saya. Ikrom, Amin, dan Alim pergi ke salah satu tempat wisata di Lombok – Loang Baloq. Kami berangkat pukul sembilan lebih beberapa menit, setelah sebelumnya kami masuk Mata Kuliyah Tafsir Tarbiyah. Kami ke Loang Baloq hanya untuk mengisi kekosongan sebab siang harinya pada pukul dua siang masih ada jadwal kuliyah lagi. Selain itu, Loang Baloq menjadi pilihan utama sebab jarak dari kampus ke sana tidak jauh-jauh amat.

Dari parkiran kampus ketika menyalakan motor sampai di loket pembayaran karcis masuk, hal yang menjadi perdebatan adalah harga tiket. Bukannya mempermasalahkan harganya. Tapi, sebagai pemuda-pemudi yang selalu berharap, tentu kami ingin satu hal, ‘kepastian.’

Di tempat wisata, kami dipungut biaya tiga ribu rupiah. Naik satu ribu dari harga terakhir kali saya ke tempat ini.

Satu hal yang mengganjal buat saya ketika melihat tiket tersebut. Di sana, terpampang jelas stempel dengan tulisan ‘satu helm tiga ribu.’ Bukan apa-apa, bagaimana kalau saya pake dua helm? Apa saya harus bayar enam ribu? Atau saya pakai dua motor tapi satu helm apa saya tetap bayar tiga ribu doang? Saya mikir, ini yang diparkirin helm apa motor. Yang lebih berharga helm apa motor. Karena kemarin teman saya ngga bawa helm, saya bayarnya tiga ribu doang. Saya masih bingung. Yang dikarcisin seharga tiga ribu itu apa? Sudahlah. Ini tidak penting untuk dibahas.


Difoto tanpa sepengetahuan

Wisata Loang Baloq lebih mirip taman. Di tengah-tengahnya ada kolam besar / danau dan ada perahu motof bebek yang memiliki tarif lima ribu rupiah untuk menaikinya. Pewisata cukup mengayuh pedalnya agar sampan bebek berjalan.

Saya taksir, taman ini lebih dari satu hektar.  Taman bundar ini ditumbuhi oleh pepohonan rindang nan sejuk. Ada penjaja kacang, dan makanan-makanan lainnya. Ada pula warung kecil-kecilan di pingir jalan setapak yang melingkari danau kecil ini.

Ada beberapa berugak yang berdiri di atas danau. Sangat nyaman untuk beristirahat. Suasananya adem, nyaman, dan juga strategis. Karena jumlah berugak yang sedikit, maka siapa yang duluan, dialah yang bisa duduk-duduk di sana. Tapi, jangan khawatir, di dekat jalan setapak juga ada tempat-tempat duduk semacam taman.

Ada yang belum tahu berugak? Berugak itu, bangunan yang dibagun dengan kayu sebagai penopangnya. Atapnya bisa berupa genteng atau ilalang. Dan tidak memiliki penutup di sekelilingnya. Berugak biasa digunakan sebagai tempat santai-santai, ngobrol, atau tidur-tiduran.


Berugaq Elen

Oh ya, taman ini terletak di pinggir pantai. Jadi, bisa sekalian mandi juga. Tembok besar menjadi dinding tempat wisata ini. Tapi, di beberapa tempat, belum menggunakan tembok. untuk tempat yang mengarah ke pantai langsung, tidak dipagari sedikitpun. Ya iya, masak ada orang nekat mau masuk ke taman ini lewat laut lepas?

Niat awalnya, kami ke Loang Baloq pengen diskusi. Tapi, hal lain yang membuat kami hanya bermain dan tertawa melihat anak-anak SMA yang sedang pacaran. Pacarannya kayak film-film India. Ceweknya tiduran di atas paha cowok. Kemudian mereka saling pandang. Saya sangat berharap Pak Satpol PP datang pagi itu. Tapi, harapan saya ngga kunjung terkabul. Emang, berharap terlalu lebih itu lebih banyak sakitnya.

Karena lapar, sebelum kembali ke kampus, kami makan-makan dulu di salah satu warung. Pemilik warung kayaknya kurang teliti atau bahkan teramat teliti. Bungkusan nasi tersaji  lima buah. Sedang, kami ada empat orang saja. Salah, kan? Tapi, benar juga sih. Saya sendiri makan dua bungkus nasi. Jadi, sah-sah aja.


Aminullah, divisi konsumsi

Dan, kami pulang...


Difoto dalam keadaan sadar emang jelek hasilnya

Dimana tempat favoritmu di tempat asalmu?






Bagikan

Jangan lewatkan

Wisata Taman Loang Baloq
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

2 komentar

Tulis komentar