Kamis, 10 Juli 2025

Jadi CPNS

Pasca pelantikan, 2 Juni 2025

Sebuah momen bersejarah beberapa waktu lalu saya alami. Tanpa pernah saya bayangkan sebelumnya. Tidak pernah terlintas di pikiran. Setelah berulangkali bersaing dan putus asa - tapi pada akhirnya, saya berhasil meraihnya. Ya, bulan lalu, saya resmi dilantik sebagai CPNS.


Perjuangan ini tentu tidak mudah. Banyak sekali hal yang harus saya lalui. Dari tes SKD, SKB, pemberkasan hingga akhirnya mendapatkan NIP.


Menjelang SKD, nenek meninggal dunia. Tepat di malam terakhir peringatan sembilan malam meninggalnya nenek, saya harus segera berangkat menuju kabupaten seberang tepat di keesokan harinya. Melewati ratusan kilometer, dengan sepeda motor dan kapal laut seorang diri. Pun dengan masalah yang lain, malam sebelum berangkat, ibu sakit. Dua hari sebelum berangkat, anak juga tumbang karena demam.


Tepat di keesokan harinya, ibu meminta saya tetap berangkat. Kata ibu, ia sudah agak baikan. Tapi ternyata sepulang dari tes tiga hari berikutnya, beliau berbohong. Penyakitnya saat itu tidak benar-benar pulih. Terlepas dari ibu yang sempat sakit, saya merasa sedikit lega karena ketika tes SKD, nilai saya tidak buruk-buruk amat. Saya dinyatakan lolos ke tahapan berikutnya (tes SKB) dengan berada di urutan 19 dari 400-an orang. Nantinya, sebanyak 60 orang dengan nilai terbaik SKD berhak menuju tes SKB.

Di mana saya?

Sayangnya, nasib buruk terjadi sepulang dari tes tersebut. Keluar dari kapal laut menjelang magrib, lampu depan sepeda motor saya rusak, tidak berfungsi. Alhasil, sepanjang perjalanan dari Kayangan sampai sekitaran Pringgabaya, saya harus mengendarai motor dengan berada tepat di belakang motor atau mobil orang. Bahkan sempat berada di belakang truk pengangkut bawang. Hal ini saya lakukan karena tidak ada penerang motor dan terpaksa harus bergantung pada motor atau mobil lain. Singkat cerita, saya mendapatkan bengkel yang masih buka. Tanpa berpikir panjang, saya memintanya untuk menggantikan lampu tersebut - yang ternyata tak lama kemudian beberapa hari setelahnya mati lagi.


Walaupun demikian, hasil SKD ini jelas amat saya syukuri. Berada di depan laptop dan handphone setiap waktu. Saya tak menyangka, setelah dua kali bersaing di CPNS beberapa tahun lalu, akhirnya kali ini lolos ke SKB. Yaaa, meskipun dengan nilai belum dikatakan aman. Karena dari formasi yang saya incar, saya berada di peringkat 19.


Bulan berganti, jadwal SKB akhirnya keluar. Entah apa yang membuat cobaan itu datang lagi. Tiga hari sebelum berangkat, istri muntah darah di mana kondisinya saat itu hamil muda. Pikiran saya ke mana-mana, tidak tahu mau apa. Bagaimana perasaan istri jika saya di tiga hari ke depan tidak berada di dekatnya? Sementara itu ia butuh saya di saat-saat seperti ini. Namun Alhamdulillah, setelah ia saya larikan ke IGD, dokter memberikan kepastian kalau ia pada kondisi baik-baik saja dan bisa dibawa pulang. Saya pun memutuskan untuk tetap mengikuti ujian setelah diyakinkan istri dan orangtua. Saya berangkat ke Taliwang lagi.

Gimana? Keren tidak?

Tak lama setelah berada di tempat kos-kosan, kabar buruk lainnya datang lagi. Handphone saya mati total. Di mana, biasanya - lewat hape tersebut saya belajar. File-file penting terhapus. Kisi-kisi pelajaran pun begitu. Saya bingung. Akhirnya saya keliling di kota Taliwang mencari tempat service hape. Untungnya, ada yang buka. Setelah membayar sejumlah uang, hape kembali hidup. Tapi dengan nomor kontak, foto, dan data-data penting (file belajar SKB) yang juga hilang. Hal ini memaksa saya untuk mendownload ulang. Ya Allah, ini cukup berat bagi saya.


Beruntung, semua data yang menjadi materi pelajaran akhirnya kembali lagi. Hingga pada akhirnya, setelah mengikuti ujian SKB keesokan harinya, saya bisa bernapas lega. Setidaknya, beban yang sudah saya pendam selama beberapa hari ke belakang lepas semua. Kali ini, harapan cuma satu: semoga hasilnya bagus. Setidak-tidaknya posisi saya di peringkat ke-19 tidak goyah. 

Jurus pengendali kambing

Puji syukur Allah SWT, setelah melakukan rekap manual, saya cukup berani mengatakan kalau saya lulus. Setelah mencari nilai para pesaing, sepanjang perjalanan Taliwang - Tanak Awu, di kos-kosan sebelum berangkat pulang, di pelabuhan ketika mengantri masuk kapal, bahkan ketika kapal sedang melaju cepat sambil bergoyang.


Sayangnya, berita baik yang saya bawa dari kabupaten seberang terasa tidak begitu sakral. Pasalnya, bapak - dilarikan ke rumah sakit satu hari setelah pulang tes. Bahkan beliau di opname selama beberapa malam. Kebahagiaan itu terasa seperti biasa-biasa saja.


Hari berganti hari, malam pun berubah. Dan sekarang, saya sudah berada di sini. Di kota rantauan, di sebuah kos-kosan kecil. Ditemani sisa kopi pahit yang sempat diminum tadi sore, hanger baju yang masih berserakan, serta suara lagu di sebuah speaker yang mengalunkan musik pop era 2000-an.

Regu 2 Opsdal. Minus Nizar (jaga posko) dan Bimo (FG)

Akhir kata, terima kasih untuk kedua orangtua saya. Tanpa keduanya, saya tidak berarti apa-apa di dunia ini. Terima kasih untuk doa, dukungan - baik moril maupun materil yang tidak akan pernah bisa saya balas dengan setimpal bahkan hingga saya tiada nantinya. Terima kasih sudah mau merawat anak yang penakut ini. Sampai kapanpun, doa kalian berdua selalu saya harapkan.


Terima kasih pula untuk istriku. Sudah menemani suamimu ini. Selalu membela dan memberikan perhatian tanpa henti. Memberikan support di saat suamimu berada di kondisi terbawahnya. Masih ingatkah? Ketika di sebuah kamar, suamimu ini menangis tiba-tiba - lantas dengan suara terbata-bata, berbisik pelan, lalu mengatakan "Akan seperti apa nasib kita di tahun-tahun yang akan datang?"
Terima kasih karena sudah berkorban. Tanpamu, suamimu ini tidak akan pernah bertemu dengan dua anak ceria yang dilahirkan dari rahimmu.


Untuk Bilal dan Khalisa, jika kelak suatu hari kalian membaca tulisan ini, Mamiq titip pesan: jadilah anak yang bermanfaat bagi orang lain. Jangan pernah sekalipun merasa lebih baik dibanding orang lain. Hidup ada takarannya, maka hiduplah sesuai takarannya. Ingat anak-anakku, jaga adab di manapun kalian berada. Meskipun saat ini, usia kalian masih sangat belia: lima tahun dan satu Minggu. Ketahuilah anak-anakku, di antara kalian berdua, Allah pernah titipkan janin di rahim mamak. Tapi sayang, di awal tahun 2024, ia meninggal di dalam kandungan tanpa pernah Mamiq dan Mamak lihat.


Terakhir, terima kasih juga kepada saudara-saudaraku: Kak Gun, Kak Ani, Bajang Gilang, Bajang Galang, serta seluruh keluarga dan teman-teman yang sudah mensupport selama ini.


Taliwang, 7 Juli 2025


Baca selengkapnya

Kamis, 15 Mei 2025

Kembali Lagi

Hari terakhir pelatihan sekaligus evaluasi

Halo! Assalamualaikum! 

Hai hai hai! Akhirnya ya... Setelah sekian lamanya. Saya menulis lagi untuk blog yang hampir karatan ini. Sejatinya saya mau nulis setelah domain blog ini aktif beberap minggu lalu, tapi setelah dipikir-pikir saya memutuskan nanti saja. Sesuai temanya - tulisan ini berjudul Kembali Lagi. Kembali lagi bermakna saya balik ke tempat yang pernah saya datangi dulu. Namun lagi-lagi, kembalinya saya - tentunya diakhiri dengan perpisahan.

Sekitar lima tahun lalu (2019) atau satu tahun setelah wisuda, saya mendaftar untuk mengikuti pelatihan sebagai peserta di UPTD BLK Lombok Tengah. Saat itu, saya mendaftar di kejuruan Basic Office. Alhamdulillah, setelah di percobaan kedua saya diterima. Saya lulus dan singkat cerita satu bulan lamanya saya menimba ilmu di sana. Ceritanya sempat saya tulis di sini dalam dua bagian. Ini bagian pertama (klik di sini) dan ini bagian kedua (klik di sini) ketika kami pergi perpisahan. 

Tahun ini (2025), entah dasar apa yang membuat saya memilih untuk kembali ke BLK. Sempat beberapa kali mendaftar sejak tahun 2024 dengan berbagai jurusan tapi saya selalu tidak hadir begitu diminta untuk tes wawancara. Akhirnya batal lagi - batal lagi. 

Tapi tidak dengan kali ini, saya kembali mendaftar di kejuruan Sepeda Motor Injeksi. Dari beberapa kejuruan seperti Las, Instalasi Listrik, AC, hingga menjahit - sepeda motor menjadi pilihan yang masuk akal. Pertama, AC saya tidak punya, mesin jahit apalagi. Mesin las jangan ditanya lagi. Kalau listrik, sudah pasti ngga berani. Ya mau gimana lagi, lihat kabel listrik terkelupas saja saya udah merinding hebat. Oke, ini sebenarnya aib ya! 

Kalau sepeda motor, saya sering pakai. Ke pasar pakai motor, ke rumah teman pakai motor, ke mana-mana naik motor. Tapi yang menjadi masalah utamanya adalah - saya benar-benar buta dengan sebuah benda yang bernama motor ini. Lalu, kenapa saya berani mendaftarkan diri? Tidak lain karena saya buta. Dan barangkali, dengan kebutaan alias ketidaktahuan saya sama sekali itu membuat saya bisa mengerti. 

Atas dasar itulah, ketika tes wawancara bersama Pak Jazman (salah satu instruktur), saya dengan pedenya menjawab, "Tidak tahu apa-apa. Tidak ada dasar sama sekali..." 

Itu saya katakan ketika beliau bertanya sejauh mana pengetahuan saya dengan kejuruan yang saya ambil. Oh ya, kalau tulisan ini dibaca beliau, saya mohon maaf ya! Karena saya benar-benar asing dengan benda yang sering saya gunakan ini. Ibarat orang pacaran. Sering ketemu, sering berduaan, tapi kita tidak tahu betul bagaimana sifat asli mereka. Cuaaaaks!

Tapi ternyata, saya lulus. Alhamdulillah. Artinya apa? Artinya saya diberi kesempatan untuk belajar. Di tengah ketidaktahuan sama sekali ini ternyata saya diberi kesempatan untuk belajar. Bayangkan kawan-kawan, saya baru tahu kalau ternyata kunci sepeda motor itu ternyata banyak. Salah satunya yang bikin saya kaget ternyata adalah ada yang namanya "Kunci Mahkota." Sebelumnya saya cuma tahu mahkota identik dengan simbol kekuasaan dan otoritas. Ke mana saja saya selama ini?????

Selain Pak Jazman, ada juga salah satu instruktur di Sepeda Motor Injeksi yaitu Bapak Darmayanto. Setiap hari, beliau berdua secara bergiliran memberikan materi pelatihan. Dan ketika sudah masuk dalam tahap bongkar mesin, keduanya secara siaga mondar-mandir mengamati kerjaan kami. Terima kasih, Pak!

Tetapi tidak seperti tahun 2019 lalu, pelatihan kali ini jauh lebih singkat. Kami masuk di pertengahan bulan Ramadhan dan berakhir beberapa hari setelah bulan Syawal. Walaupun demikian, di waktu yang singkat ini teramat saya syukuri. Saya bisa berkenalan dengan banyak teman-teman baru - berikut dengan dua instruktur yang sampai saat ini saya tidak mengerti dan seringkali terheran-heran, "Bagaimana bisa kok beliau berdua bisa sesabar ini mengajari kami?"

Terima kasih Pak Anto, instruktur yang penuh dengan dedikasi. Pengalaman bapak sebelum di BLK dan selama di BLK yang pernah bapak ceritakan dan saya cari sendiri semoga menjadi pelajaran hidup bagi kami semua. Bahkan saya baru tahu kalau ternyata, kegemaran bapak memotret dan membuat video merupakan hobi bapak sejak dulu. Saya baru tahu juga, kalau ternyata username facebook beliau "Anto Fokus" itu terinspirasi dari nama UKM Fotografi yang beliau ikuti ketika masih kuliah di Universitas Mataram. Sejauh pengetahuan saya, mungkin di tahun 2008 beliau sedang aktif-aktifnya saat itu. Jadi Fokus itu singkatan dari Fotografi Kampus. Iyakan Pak? Hehe. Btw, hasil editan video beliau ketika kunjungan ke Desa Lantan dan pelatihan beberapa waktu lalu bisa dicek di sini juga ya!

Bersama Pak Darma

Terima kasih juga saya haturkan kepada Bapak Aulia Jazman Yazid. Lewat beliau dan juga Pak Anto, saya banyak belajar tentang bagaimana sabarnya seorang instruktur dalam membimbing para peserta pelatihan. Tahun 2019 waktu saya di BLK, beliau belum mulai menjadi instruktur. Tapi sejak tahun lalu, lewat istri saya yang kebetulan juga alumni BLK batch 1 tahun 2024, saya tahu sedikit tentang beliau. Seperti Pak Anto, saya juga tahu sedikit tentang beliau. 😁 Sebelum menjadi seorang ASN di BLK Lombok Tengah, sepengetahuan saya (bisa dikoreksi jika salah), Pak Jazman aktif berkegiatan di komunitas volunteer bernama Kakak Asuh Yogyakarta. Beliau diamanatkan sebagai business relation yang berada di BPD Divisi Kewirausahaan. Sayangnya, satu hal yang bikin saya kurang nyaman karena ternyata beliau fans Barcelona. #HalaMadrid dong Pak!

Pak Jazman

Terakhir terima kasih kepada para teman-teman. Pak Mawardi, Pak Ismail, Pak Supar, Pak Sapar, Bang Darmawan atau singkatnya teman-teman dari Lantan yang sempat menjamu kami ketika kunjungan di desa kalian beberapa waktu lalu. Keramahan kalian semua semoga dibales dengan pahala berlipat ganda oleh Allah SWT. Selalu ada pelajaran yang saya petik ketika obrolan santai sebelum masuk workshop atau menunggu waktu masuk selepas sholat Dzuhur. 

Elong Tune, salah satu destinasi pariwisata di Desa Lantan

Begitu pun dengan Ivan, Robi, dan juga Anas. Nas, semoga rencana yang sempat diceritakan selepas dari BLK ini segera terkabulkan. Terakhir, agak aneh tapi harus juga saya ucapkan terima kasih kepada Gilang. Salah satu rekan pelatihan sekaligus saudara saya. Terima kasih karena sudah mau menjadi satu dari dua peserta yang amat amatir di jurusan ini. Karena sebelumnya dia sudah daftar di Kejuruan Instalasi Listrik tapi pada akhirnya saya ajak gabung ke Sepeda Motor Injeksi. 


Aurat bertebaran di mana-mana lokasi Babak Pelangi

Bye bye.... Terima kasih semuanya!

Tanak Awu, Kamis 15 Mei 2025

Ditulis setelah pulang dari BLK

Video karya Pak Darmayanto bisa ditonton di sini ya:





Baca selengkapnya

Selasa, 18 Januari 2022

Buntu

 

Berdoa mulaiii...

Saya benar-benar merasa buntu. Tidak tahu mau berbuat apa, mau ngapain, blasss tidak jelas semuanya. Padahal saya yang sekarang tidak berbeda dengan saya beberapa tahun silam. Tidak ada perubahan. Wajah tampan masih di atas rata-rata, kharisma jangan ditanya, masih ganteng lah pokoknya, bahkan masih suka begadang - meski lebih sering dimarahi istri sih. Hampa dah. Tidak jelas semuanya. Eh ada satu yang beda, dulu saya sayang Jokowi, sekarang sayang anak istri.


Baru kemudian saya tersadarkan. Ada yang kurang pada diri ini. Yap, saya tidak pernah membaca buku lagi. Buku apapun itu. Tidak pernah berlama-lama, keasikan dengan apa yang saya baca. Menyelam seolah berada dalam sebuah cerita. Kemudian mengantuk, melipat halaman yang dibaca terakhir kali, tidur, dan berharap esok bisa menyelesaikan bacaan. Tidak pernah. Hal itu tidak pernah saya lakukan lagi. Bahkan untuk sekadar membuka satu halaman pun. Satu persatu lembaran buku-buku yang nangkring di gerobak pun sudah sedikit kecoklatan. Lembarannya sudah tidak sehalus dulu. Saya tahu soalnya kemarin sempat nyari kartu ATM yang terblokir, eh bukunya kebuka. Saya teriak, “Buset Ini iler siapa? Kok coklat?” - ternyata itu efek dari buku yang jarang dibuka.


Oh ya. Inilah problemnya. Gadget jadi permasalahannya. Gara-gara benda kecil hasil penemuan bangsa Yahudi ini saya jadi tidak konsen setiap kali berusaha untuk membaca buku - meski hanya satu alenia. Instagram, facebook, twitter, sesekali youtube. Begitu terus algoritmanya. Walau sudah sempat uninstall aplikasinya, demi kenyamanan hidup - toh pada akhirnya install lagi karena kebutuhan mendadak. Kebutuhan yang tidak mungkin tidak saya lakukan. Kalimat sebelum ini cuma alasan biar bisa install lagi.


Saya rindu dengan kegiatan saya yang lama. Ketika masih kuliah. Selalu mencari tahu, buku apa yang layak dibaca tahun ini? Buku apa yang bakal bertengger di rak best seller bulan ini? Saya rindu ketika cuma punya uang Rp. 2000,00 hanya untuk bayar masuk Gramedia dan keliling lihat buku-buku bagus doang. Maafkan Mbak Gramed yang waktu itu mbuntuti saya, ngira saya bakalan nanya “Ada buku ini ngga mbak?” - eh tahunya malah ngikutin saya jongkok baca sampel buku yang sudah kebuka. Rindu pula ketika ada kuis dengan reward utamanya sepaket buku. Dan tentu, yang paling mengasyikkan bazar buku!!! Rela makan tanpa lauk yang penting bisa beli buku lima sampai enam sekaligus.


Yap itu letak kesalahannya. Gadget kurang ajar.


Untuk menulis catatan yang amburadul ini pun sangat sulit. Susahnya minta ampun. Saya sampai bergumam, layak tidak tulisan ini dipublish di blog?


Kata orang, semakin sering membaca, maka kualitas tulisan akan semakin baik. Saya? Untuk dibilang cukup baik saja masih belum bisa. Jelek amat! Huh! Sulit teman-teman! Padahal saya sempat merenovasi blog ini kemarin. Merapikan konten, menghapus label tidak penting dan beberapa postingan yang tidak relevan, bahkan tahun lalu saya membeli domain agar tampak profesional, toh pada akhirnya tidak mempan untuk menarik atensi saya untuk kembali rajin menulis. Mungkin karena harga domainnya terlalu murah kali ya??? Kalau saya simpulkan, letak permasalahnya itu seperti ini, tidak rajin membaca = tulisannya jelek (dibaca : tidak rajin membaca maka tulisannya akan jelek). Tulisan yang jelek akan menghasilkan tingkat ketidakpedean dan rasa tidak percaya diri naik!


So, teman-teman. Adakah saran dari kalian untuk saya? Untuk seorang bapak-bapak 26 tahun yang memiliki satu anak satu istri ini? Kalau ada tinggalkan di kolom komentar ya. Bagaimana cara meningkatkan kembali minat baca dan menulis? Jawabannya yang serius. Jangan dijawab, “Gadgetnya dilempar aja kak biar rusak, habis itu pasti bakalan rajin membaca lagi. Itu salah teman-teman. Soalnya ini satu-satunya gadget yang saya punya. Kalau rusak nanti theatering lewat siapa? Ya masak lewat wifi sekolah. Tidak kan? Saya tidak mau berkonflik dengan penjaga sekolah.

 

Salam dari Pluto… 17 Januari 2022
Baca selengkapnya

Minggu, 12 September 2021

Bertualang, Menikah, Punya Anak

hehehe
Jika kalian pernah membaca catatan perjalanan saya di blog ini sebelumnya, selamat! Anda dapat hadiah! sedikit mengerti apa yang saya maksud. Bukan perkara mengerti nggaknya juga sih. Tapi dengan perjalanan yang saya lakukan dua tahun yang lalu itu, secara tak sengaja saya akhirnya bertemu dengan belahan hati saya. Kalau tahu gitu, ngapain pacaran ya selama ini? Hahah! Saya pun akhirnya menculiknya setelah dua atau tiga bulan berpacaran. Satu minggu kemudian berjanji di depan wali dan saksi untuk mengikat hubungan resmi sebagai pasangan suami istri.
 
Pasca menikah, saya memang jarang sekali menulis -- apalagi sampai menulis di blog ini. Maklum, sebagai pasangan baru dan orangtua baru, saya disibukkan dengan pekerjaan rumit yang menjadikan saya pria tersibuk di muka bumi : yakni bongkar buka pasang pampers anak. Saking sibuknya, postingan terakhir di blog ini lewat dari satu tahun yang lalu. Namun, berkat dorongan hati nurani diri sendiri, demi mengasah kemampuan menulis yang jauh dari kata layak ini, akhirnya saya membeli domain baru dan tulisan pertama sejak beberapa tahun yang lalu ini pun bisa kalian baca. Terima kasih Niaga Hoster! Tulisan sengaja saya coret tapi masih bisa terbaca. Heh!



Satu minggu lagi, umur pernikahan saya menginjak dua tahun. Rasanya baru-baru kemarin sekali saya menjomlo. Susah tidur setiap kali malam minggu tiba. Eh sekarang… ya sama saja. Semua sama karena kadar kesibukan orang bisa sama bisa beda. Dulu, susah tidur karena sibuk berdoa semoga Tuhan menurunkan hujan lebat setiap malam minggu tiba. Eh pas dikabulin senangnya minta ampun. Tidur nyenyak, yang pacaran pun menderita. Sekarang, bukan malam minggu saja, malam-malam yang lain pun susah tidur karena anak yang semakin aktif.
 
Di umur yang menginjak dua tahun ini, harapan saya, semoga hubungan ini selalu langgeng selamanya. Selalu dikaruniai kesehatan dan umur yang berkah. Dicukupkan dalam segala hal. Serta bermanfaat bagi sesama, terutama orangtua yang sudah tua. Karena bagi saya, orangtua adalah jalan menuju surga-Nya. Baru kerasa betapa beruntungnya kita - yang sampai tuanya masih bersama orangtua, merasakan kasih sayangnya yang begitu besar, melihatnya sakit-sakitan tentu menyayat hati bukan?



Semoga ibu dan bapak selalu sehat ya!

 

Anak saya sebentar lagi akan berusia 16 bulan. Dia begitu menggemasakan. Ya begitu kata setiap orang tua kepada anaknya. Tapi beneran deh. Anak saya ini emang lucu banget. Pertama, setiap kali pengen makan atau minum dia bilang ‘maum maum maum.’ termasuk ketika mau mimik ke mamaknya. Kedua, kalau lihat sesuatu apapun itu yang memiliki roda. Mobil, motor, video, atau gambar yang memiliki lingkaran, spontan dia bilang ‘ngeing ngeing.’ Ia sedang menirukan suara motor, lantas ingin menaikinya. Ketiga, dia sudah pandai meniru atau memeragakan apapun yang dilihatnya. Ah, sungguh menggemaskan bukan? Eh ya, dia kalau manggil orang selalu bilang ‘maaak maaak maaak.’ Bikin saya kapok ngajak dia masuk ke Alfamart.

 

So, ketika ada orang yang sudah menikah tapi masih ada orang yang menyinyirinya karena belum punya momongan, saya tentu sangat kecewa dengan si penyinyir. Karena hal ini juga pernah terjadi di lingkar keluarga saya. Kok ada orang yang tega menjudge seseorang yang bukan bagian dari kehendaknya. Naudzubillahi min dzalik!

 

Terakhir, semoga sengan tulisan baru ini, semangat menulis saya tidak uring-uringan lagi. Dan akan terbit tulisan-tulisan lain yang bermanfaat bagi umat manusia lainnya lagi bisa kalian baca lagi. Ngga penting sih, cuma agar blog ini ngga sepi lagi. Terima kasih wasallam… 




Baca selengkapnya

Sabtu, 22 Juni 2019

Pulau Sumbawa Habis Lebaran

Saya Cina!
Ini adalah perjalanan menggunakan sepeda motor  terjauh yang pernah saya lakukan. Bersama lima orang, tiga motor, berkendara sejauh kurang lebih 250 km dari Narmada sampai Labangka 1. Sebuah desa di salah satu kecamatan di sudut timur selatan pulau Sumbawa. Capek iya, lelah juga iya, yang ngga iyanya berharap pada orang yang salah. Eh, apa sih!

Perjalanan yang sebenarnya SUDAH disepakati berempat ini akhirnya menjadi lima karena di saat injury time menjelang keberangkatan, kawan saya, Muklis Fajri akhirnya tunduk pada konstitusi sehingga memutuskan ikut. Ya, sebelumnya banyak alasan yang ia gunakan agar tidak ikut bersama kami. Dari alasan berupa tidak ada yang mengaspal jalanan sampai dengan keberatannya ia meninggalkan binatang peliharannya.

Start dari Narmada menjelang pukul 02.00 dini hari. Tepat pada hari Jum’at, 7 Juni 2019. Gasssss!

Kami sampai pelabuhan Kayangan sekitar pukul 03.00 lebih beberapa menit. Jarak yang biasanya dilalui dengan memakan waktu dua jam ini kami lalui hanya dengan jangka waktu satu jam saja. Ya maklum, siapa yang bakalan mondar mandir dari Lombok Barat – Lombok Timur atau sebaliknya di jam-jam segitu. Tiga motor, masing-masing membayar 55 K hanya untuk menyebrang sampai Pelabuhan Poto Tano, Sumbawa Barat.

Ini saya. Gimana? Ganteng tak?
Penumpang kapal laut hanya beberapa orang. Alhasil, kapal ini seperti kapal milik kita berlima, yang lainnya cuma numpang doang. Haha. Pandangan kami terhalang ketika memandang keluar kapal, maklum gelap. Ah, ingin rasanya menyelam malam itu, namun sayang keinginan saya luntur karena keingat dosa yang begitu besar. Belum sanggup mati dengan dosa yang bertumpuk.

Satu-satunya penyesalan di atas kapal adalah ketika kami lupa membeli air mineral atau makanan sebelum berangkat. Bayangin coy! Satu air mineral ukuran besar botolan harganya 18 ribu rupiah, lebih tinggi dari satu dollar! Rezim memang parah!

Pukul 05.00 lebih beberapa menit, kami sampai di pelabuhan. Butuh waktu beberapa menit untuk menyandarkan dan memantapkan posisi kapal. Hingga kemudian kami turun kapal. Kami sholat Subuh di antara pemukiman warga yang terdampak gempa tahun lalu, Poto Tano menjadi wilayah yang terdampak parah. Puing-pung bekas reruntuhan masih tercecer di sekitar pinggir jalan.

SPBU Utan, Sumbawa
Kami baru mengisi bensin kendaraan lagi di SPBU Utan. Setelah sebelumnya saya mengisinya full di Tanak Awu tepat sebelum transit di Narmada kemarin. Dan rupa-rupanya, perjalanan masih sangatlah jauh. Jauh sekali. Sehingga beberapa drama harus terjadi. Dari seorang teman yang tertinggal jauh di tengah perjalanan sampai dengan istirahat berulang kali di pinggir jalan.

Kami sampai Labangka 1!

Perjalanan singkat, tidak ke mana-mana kecuali ke rumah teman (tujuan utama) dan rumah bibik saya di SP 4 pada hari Sabtunya – sebuah daerah transmigrasi lainnya di Sumbawa. Ini pun harus dilalui dengan beragam drama lupa jalan sampai fatwa saya untuk tidak memercayai GPS lagi. Bayangin coy, rutenya kok sudah sampai tapi kok malah meleset? Keterangannya bilang, “SUDAH SAMPAI SUDAH SAMPAI?” – EH LAAAH??

Saya, Paman, Bibi, Gilang, dan anaknya, Dini (yang motoin : Muhlis)
Namun syukurlah kami sampai tujuan. Saya dan adik saya, Gilang bertemu dengan bibi yang tidak pernah saya jumpai dalam kurun watu delapan tahun ini. Terharu dan bahagia, terharu karena ya tumben ketemu lagi, bahagia karena pas pulang dikasih uang jajan. Haha.

Kami pun balik ke Labangka 1 karena keesokan paginya harus balik ke Lombok. 

Muklis, Khulaifi, Saya, dan Gilang
Pagi Minggu kami sudah siap. Headset dan alunan musik terpasang di telinga sepanjang perjalanan ke Pelabuhan Poto Tano. Sialnya, pagi Minggu di pelabuhan sungguh ramai. Butuh waktu kurang lebih tiga jam untuk mendapat jatah masuk ke dalam kapal. Arus balik pasca lebaran membuat kami harus berjibaku dengan ratusan atau mungkin ribuan orang yang ingin kembali ke perantauan.

Ramainya Subhanallah~
Kami tiba di rumah menjelang pukul sembilan malam.  Sampai rumah, bapak dan adik menunggu untuk makan besama. Namun sayang, kami sudah kenyang karena sebelumnya makan malam di Masbagik. Kami makan nasi goreng dan itu adalah nasi goreng terenak yang pernah masuk ke dalam mulut saya. Kenapa yang terenak? Karena ibu saya tidak membaca catatan ini. Kalau suatu waktu tulisan ini kalian buka dan ternyata berubah, itu berarti saya sudah kena tegur ibu saya. Wakwak!

Terima kasih! Akhir kata, selamat libur panjang anak sekolah! Selamat menambah libur pengangguran! 

Loh kok foto ini diupload juga, sih?
O ya, hastag terakhirnya #GagalKenawa karena menjelang pulang kami memutuskan untuk tidak mampir karena harus balik cepat. Padahal Pulau Kenawa sangatlah dekat waktu itu. Ah, andai andai andaii....

Tanak Awu, 22 Juni 2019





Baca selengkapnya