Kamis, 10 Juli 2025

Jadi CPNS

Pasca pelantikan, 2 Juni 2025

Sebuah momen bersejarah beberapa waktu lalu saya alami. Tanpa pernah saya bayangkan sebelumnya. Tidak pernah terlintas di pikiran. Setelah berulangkali bersaing dan putus asa - tapi pada akhirnya, saya berhasil meraihnya. Ya, bulan lalu, saya resmi dilantik sebagai CPNS.


Perjuangan ini tentu tidak mudah. Banyak sekali hal yang harus saya lalui. Dari tes SKD, SKB, pemberkasan hingga akhirnya mendapatkan NIP.


Menjelang SKD, nenek meninggal dunia. Tepat di malam terakhir peringatan sembilan malam meninggalnya nenek, saya harus segera berangkat menuju kabupaten seberang tepat di keesokan harinya. Melewati ratusan kilometer, dengan sepeda motor dan kapal laut seorang diri. Pun dengan masalah yang lain, malam sebelum berangkat, ibu sakit. Dua hari sebelum berangkat, anak juga tumbang karena demam.


Tepat di keesokan harinya, ibu meminta saya tetap berangkat. Kata ibu, ia sudah agak baikan. Tapi ternyata sepulang dari tes tiga hari berikutnya, beliau berbohong. Penyakitnya saat itu tidak benar-benar pulih. Terlepas dari ibu yang sempat sakit, saya merasa sedikit lega karena ketika tes SKD, nilai saya tidak buruk-buruk amat. Saya dinyatakan lolos ke tahapan berikutnya (tes SKB) dengan berada di urutan 19 dari 400-an orang. Nantinya, sebanyak 60 orang dengan nilai terbaik SKD berhak menuju tes SKB.

Di mana saya?

Sayangnya, nasib buruk terjadi sepulang dari tes tersebut. Keluar dari kapal laut menjelang magrib, lampu depan sepeda motor saya rusak, tidak berfungsi. Alhasil, sepanjang perjalanan dari Kayangan sampai sekitaran Pringgabaya, saya harus mengendarai motor dengan berada tepat di belakang motor atau mobil orang. Bahkan sempat berada di belakang truk pengangkut bawang. Hal ini saya lakukan karena tidak ada penerang motor dan terpaksa harus bergantung pada motor atau mobil lain. Singkat cerita, saya mendapatkan bengkel yang masih buka. Tanpa berpikir panjang, saya memintanya untuk menggantikan lampu tersebut - yang ternyata tak lama kemudian beberapa hari setelahnya mati lagi.


Walaupun demikian, hasil SKD ini jelas amat saya syukuri. Berada di depan laptop dan handphone setiap waktu. Saya tak menyangka, setelah dua kali bersaing di CPNS beberapa tahun lalu, akhirnya kali ini lolos ke SKB. Yaaa, meskipun dengan nilai belum dikatakan aman. Karena dari formasi yang saya incar, saya berada di peringkat 19.


Bulan berganti, jadwal SKB akhirnya keluar. Entah apa yang membuat cobaan itu datang lagi. Tiga hari sebelum berangkat, istri muntah darah di mana kondisinya saat itu hamil muda. Pikiran saya ke mana-mana, tidak tahu mau apa. Bagaimana perasaan istri jika saya di tiga hari ke depan tidak berada di dekatnya? Sementara itu ia butuh saya di saat-saat seperti ini. Namun Alhamdulillah, setelah ia saya larikan ke IGD, dokter memberikan kepastian kalau ia pada kondisi baik-baik saja dan bisa dibawa pulang. Saya pun memutuskan untuk tetap mengikuti ujian setelah diyakinkan istri dan orangtua. Saya berangkat ke Taliwang lagi.

Gimana? Keren tidak?

Tak lama setelah berada di tempat kos-kosan, kabar buruk lainnya datang lagi. Handphone saya mati total. Di mana, biasanya - lewat hape tersebut saya belajar. File-file penting terhapus. Kisi-kisi pelajaran pun begitu. Saya bingung. Akhirnya saya keliling di kota Taliwang mencari tempat service hape. Untungnya, ada yang buka. Setelah membayar sejumlah uang, hape kembali hidup. Tapi dengan nomor kontak, foto, dan data-data penting (file belajar SKB) yang juga hilang. Hal ini memaksa saya untuk mendownload ulang. Ya Allah, ini cukup berat bagi saya.


Beruntung, semua data yang menjadi materi pelajaran akhirnya kembali lagi. Hingga pada akhirnya, setelah mengikuti ujian SKB keesokan harinya, saya bisa bernapas lega. Setidaknya, beban yang sudah saya pendam selama beberapa hari ke belakang lepas semua. Kali ini, harapan cuma satu: semoga hasilnya bagus. Setidak-tidaknya posisi saya di peringkat ke-19 tidak goyah. 

Jurus pengendali kambing

Puji syukur Allah SWT, setelah melakukan rekap manual, saya cukup berani mengatakan kalau saya lulus. Setelah mencari nilai para pesaing, sepanjang perjalanan Taliwang - Tanak Awu, di kos-kosan sebelum berangkat pulang, di pelabuhan ketika mengantri masuk kapal, bahkan ketika kapal sedang melaju cepat sambil bergoyang.


Sayangnya, berita baik yang saya bawa dari kabupaten seberang terasa tidak begitu sakral. Pasalnya, bapak - dilarikan ke rumah sakit satu hari setelah pulang tes. Bahkan beliau di opname selama beberapa malam. Kebahagiaan itu terasa seperti biasa-biasa saja.


Hari berganti hari, malam pun berubah. Dan sekarang, saya sudah berada di sini. Di kota rantauan, di sebuah kos-kosan kecil. Ditemani sisa kopi pahit yang sempat diminum tadi sore, hanger baju yang masih berserakan, serta suara lagu di sebuah speaker yang mengalunkan musik pop era 2000-an.

Regu 2 Opsdal. Minus Nizar (jaga posko) dan Bimo (FG)

Akhir kata, terima kasih untuk kedua orangtua saya. Tanpa keduanya, saya tidak berarti apa-apa di dunia ini. Terima kasih untuk doa, dukungan - baik moril maupun materil yang tidak akan pernah bisa saya balas dengan setimpal bahkan hingga saya tiada nantinya. Terima kasih sudah mau merawat anak yang penakut ini. Sampai kapanpun, doa kalian berdua selalu saya harapkan.


Terima kasih pula untuk istriku. Sudah menemani suamimu ini. Selalu membela dan memberikan perhatian tanpa henti. Memberikan support di saat suamimu berada di kondisi terbawahnya. Masih ingatkah? Ketika di sebuah kamar, suamimu ini menangis tiba-tiba - lantas dengan suara terbata-bata, berbisik pelan, lalu mengatakan "Akan seperti apa nasib kita di tahun-tahun yang akan datang?"
Terima kasih karena sudah berkorban. Tanpamu, suamimu ini tidak akan pernah bertemu dengan dua anak ceria yang dilahirkan dari rahimmu.


Untuk Bilal dan Khalisa, jika kelak suatu hari kalian membaca tulisan ini, Mamiq titip pesan: jadilah anak yang bermanfaat bagi orang lain. Jangan pernah sekalipun merasa lebih baik dibanding orang lain. Hidup ada takarannya, maka hiduplah sesuai takarannya. Ingat anak-anakku, jaga adab di manapun kalian berada. Meskipun saat ini, usia kalian masih sangat belia: lima tahun dan satu Minggu. Ketahuilah anak-anakku, di antara kalian berdua, Allah pernah titipkan janin di rahim mamak. Tapi sayang, di awal tahun 2024, ia meninggal di dalam kandungan tanpa pernah Mamiq dan Mamak lihat.


Terakhir, terima kasih juga kepada saudara-saudaraku: Kak Gun, Kak Ani, Bajang Gilang, Bajang Galang, serta seluruh keluarga dan teman-teman yang sudah mensupport selama ini.


Taliwang, 7 Juli 2025


Baca selengkapnya

Kamis, 15 Mei 2025

Kembali Lagi

Hari terakhir pelatihan sekaligus evaluasi

Halo! Assalamualaikum! 

Hai hai hai! Akhirnya ya... Setelah sekian lamanya. Saya menulis lagi untuk blog yang hampir karatan ini. Sejatinya saya mau nulis setelah domain blog ini aktif beberap minggu lalu, tapi setelah dipikir-pikir saya memutuskan nanti saja. Sesuai temanya - tulisan ini berjudul Kembali Lagi. Kembali lagi bermakna saya balik ke tempat yang pernah saya datangi dulu. Namun lagi-lagi, kembalinya saya - tentunya diakhiri dengan perpisahan.

Sekitar lima tahun lalu (2019) atau satu tahun setelah wisuda, saya mendaftar untuk mengikuti pelatihan sebagai peserta di UPTD BLK Lombok Tengah. Saat itu, saya mendaftar di kejuruan Basic Office. Alhamdulillah, setelah di percobaan kedua saya diterima. Saya lulus dan singkat cerita satu bulan lamanya saya menimba ilmu di sana. Ceritanya sempat saya tulis di sini dalam dua bagian. Ini bagian pertama (klik di sini) dan ini bagian kedua (klik di sini) ketika kami pergi perpisahan. 

Tahun ini (2025), entah dasar apa yang membuat saya memilih untuk kembali ke BLK. Sempat beberapa kali mendaftar sejak tahun 2024 dengan berbagai jurusan tapi saya selalu tidak hadir begitu diminta untuk tes wawancara. Akhirnya batal lagi - batal lagi. 

Tapi tidak dengan kali ini, saya kembali mendaftar di kejuruan Sepeda Motor Injeksi. Dari beberapa kejuruan seperti Las, Instalasi Listrik, AC, hingga menjahit - sepeda motor menjadi pilihan yang masuk akal. Pertama, AC saya tidak punya, mesin jahit apalagi. Mesin las jangan ditanya lagi. Kalau listrik, sudah pasti ngga berani. Ya mau gimana lagi, lihat kabel listrik terkelupas saja saya udah merinding hebat. Oke, ini sebenarnya aib ya! 

Kalau sepeda motor, saya sering pakai. Ke pasar pakai motor, ke rumah teman pakai motor, ke mana-mana naik motor. Tapi yang menjadi masalah utamanya adalah - saya benar-benar buta dengan sebuah benda yang bernama motor ini. Lalu, kenapa saya berani mendaftarkan diri? Tidak lain karena saya buta. Dan barangkali, dengan kebutaan alias ketidaktahuan saya sama sekali itu membuat saya bisa mengerti. 

Atas dasar itulah, ketika tes wawancara bersama Pak Jazman (salah satu instruktur), saya dengan pedenya menjawab, "Tidak tahu apa-apa. Tidak ada dasar sama sekali..." 

Itu saya katakan ketika beliau bertanya sejauh mana pengetahuan saya dengan kejuruan yang saya ambil. Oh ya, kalau tulisan ini dibaca beliau, saya mohon maaf ya! Karena saya benar-benar asing dengan benda yang sering saya gunakan ini. Ibarat orang pacaran. Sering ketemu, sering berduaan, tapi kita tidak tahu betul bagaimana sifat asli mereka. Cuaaaaks!

Tapi ternyata, saya lulus. Alhamdulillah. Artinya apa? Artinya saya diberi kesempatan untuk belajar. Di tengah ketidaktahuan sama sekali ini ternyata saya diberi kesempatan untuk belajar. Bayangkan kawan-kawan, saya baru tahu kalau ternyata kunci sepeda motor itu ternyata banyak. Salah satunya yang bikin saya kaget ternyata adalah ada yang namanya "Kunci Mahkota." Sebelumnya saya cuma tahu mahkota identik dengan simbol kekuasaan dan otoritas. Ke mana saja saya selama ini?????

Selain Pak Jazman, ada juga salah satu instruktur di Sepeda Motor Injeksi yaitu Bapak Darmayanto. Setiap hari, beliau berdua secara bergiliran memberikan materi pelatihan. Dan ketika sudah masuk dalam tahap bongkar mesin, keduanya secara siaga mondar-mandir mengamati kerjaan kami. Terima kasih, Pak!

Tetapi tidak seperti tahun 2019 lalu, pelatihan kali ini jauh lebih singkat. Kami masuk di pertengahan bulan Ramadhan dan berakhir beberapa hari setelah bulan Syawal. Walaupun demikian, di waktu yang singkat ini teramat saya syukuri. Saya bisa berkenalan dengan banyak teman-teman baru - berikut dengan dua instruktur yang sampai saat ini saya tidak mengerti dan seringkali terheran-heran, "Bagaimana bisa kok beliau berdua bisa sesabar ini mengajari kami?"

Terima kasih Pak Anto, instruktur yang penuh dengan dedikasi. Pengalaman bapak sebelum di BLK dan selama di BLK yang pernah bapak ceritakan dan saya cari sendiri semoga menjadi pelajaran hidup bagi kami semua. Bahkan saya baru tahu kalau ternyata, kegemaran bapak memotret dan membuat video merupakan hobi bapak sejak dulu. Saya baru tahu juga, kalau ternyata username facebook beliau "Anto Fokus" itu terinspirasi dari nama UKM Fotografi yang beliau ikuti ketika masih kuliah di Universitas Mataram. Sejauh pengetahuan saya, mungkin di tahun 2008 beliau sedang aktif-aktifnya saat itu. Jadi Fokus itu singkatan dari Fotografi Kampus. Iyakan Pak? Hehe. Btw, hasil editan video beliau ketika kunjungan ke Desa Lantan dan pelatihan beberapa waktu lalu bisa dicek di sini juga ya!

Bersama Pak Darma

Terima kasih juga saya haturkan kepada Bapak Aulia Jazman Yazid. Lewat beliau dan juga Pak Anto, saya banyak belajar tentang bagaimana sabarnya seorang instruktur dalam membimbing para peserta pelatihan. Tahun 2019 waktu saya di BLK, beliau belum mulai menjadi instruktur. Tapi sejak tahun lalu, lewat istri saya yang kebetulan juga alumni BLK batch 1 tahun 2024, saya tahu sedikit tentang beliau. Seperti Pak Anto, saya juga tahu sedikit tentang beliau. 😁 Sebelum menjadi seorang ASN di BLK Lombok Tengah, sepengetahuan saya (bisa dikoreksi jika salah), Pak Jazman aktif berkegiatan di komunitas volunteer bernama Kakak Asuh Yogyakarta. Beliau diamanatkan sebagai business relation yang berada di BPD Divisi Kewirausahaan. Sayangnya, satu hal yang bikin saya kurang nyaman karena ternyata beliau fans Barcelona. #HalaMadrid dong Pak!

Pak Jazman

Terakhir terima kasih kepada para teman-teman. Pak Mawardi, Pak Ismail, Pak Supar, Pak Sapar, Bang Darmawan atau singkatnya teman-teman dari Lantan yang sempat menjamu kami ketika kunjungan di desa kalian beberapa waktu lalu. Keramahan kalian semua semoga dibales dengan pahala berlipat ganda oleh Allah SWT. Selalu ada pelajaran yang saya petik ketika obrolan santai sebelum masuk workshop atau menunggu waktu masuk selepas sholat Dzuhur. 

Elong Tune, salah satu destinasi pariwisata di Desa Lantan

Begitu pun dengan Ivan, Robi, dan juga Anas. Nas, semoga rencana yang sempat diceritakan selepas dari BLK ini segera terkabulkan. Terakhir, agak aneh tapi harus juga saya ucapkan terima kasih kepada Gilang. Salah satu rekan pelatihan sekaligus saudara saya. Terima kasih karena sudah mau menjadi satu dari dua peserta yang amat amatir di jurusan ini. Karena sebelumnya dia sudah daftar di Kejuruan Instalasi Listrik tapi pada akhirnya saya ajak gabung ke Sepeda Motor Injeksi. 


Aurat bertebaran di mana-mana lokasi Babak Pelangi

Bye bye.... Terima kasih semuanya!

Tanak Awu, Kamis 15 Mei 2025

Ditulis setelah pulang dari BLK

Video karya Pak Darmayanto bisa ditonton di sini ya:





Baca selengkapnya