![]() |
Saya Cina! |
Ini adalah perjalanan menggunakan sepeda motor terjauh yang pernah saya lakukan. Bersama lima
orang, tiga motor, berkendara sejauh kurang lebih 250 km dari Narmada sampai
Labangka 1. Sebuah desa di salah satu kecamatan di sudut timur selatan pulau
Sumbawa. Capek iya, lelah juga iya, yang ngga iyanya berharap pada orang
yang salah. Eh, apa sih!
Perjalanan yang sebenarnya SUDAH disepakati
berempat ini akhirnya menjadi lima karena di saat injury time menjelang
keberangkatan, kawan saya, Muklis Fajri akhirnya tunduk pada konstitusi sehingga
memutuskan ikut. Ya, sebelumnya banyak alasan yang ia gunakan agar tidak ikut
bersama kami. Dari alasan berupa tidak ada yang mengaspal jalanan sampai dengan
keberatannya ia meninggalkan binatang peliharannya.
Start dari Narmada menjelang pukul 02.00 dini
hari. Tepat pada hari Jum’at, 7 Juni 2019. Gasssss!
Kami sampai pelabuhan Kayangan sekitar pukul 03.00
lebih beberapa menit. Jarak yang biasanya dilalui dengan memakan waktu dua jam
ini kami lalui hanya dengan jangka waktu satu jam saja. Ya maklum, siapa yang
bakalan mondar mandir dari Lombok Barat – Lombok Timur atau sebaliknya di
jam-jam segitu. Tiga motor, masing-masing membayar 55 K hanya untuk menyebrang
sampai Pelabuhan Poto Tano, Sumbawa Barat.
![]() |
Ini saya. Gimana? Ganteng tak? |
Penumpang kapal laut hanya beberapa orang.
Alhasil, kapal ini seperti kapal milik kita berlima, yang lainnya cuma numpang
doang. Haha. Pandangan kami terhalang ketika memandang keluar kapal, maklum
gelap. Ah, ingin rasanya menyelam malam itu, namun sayang keinginan saya luntur
karena keingat dosa yang begitu besar. Belum sanggup mati dengan dosa yang
bertumpuk.
Satu-satunya penyesalan di atas kapal adalah
ketika kami lupa membeli air mineral atau makanan sebelum berangkat. Bayangin
coy! Satu air mineral ukuran besar botolan harganya 18 ribu rupiah, lebih
tinggi dari satu dollar! Rezim memang parah!
Pukul 05.00 lebih beberapa menit, kami sampai di
pelabuhan. Butuh waktu beberapa menit untuk menyandarkan dan memantapkan posisi
kapal. Hingga kemudian kami turun kapal. Kami sholat Subuh di antara pemukiman
warga yang terdampak gempa tahun lalu, Poto Tano menjadi wilayah yang terdampak
parah. Puing-pung bekas reruntuhan masih tercecer di sekitar pinggir jalan.
![]() |
SPBU Utan, Sumbawa |
Kami baru mengisi bensin kendaraan lagi di SPBU
Utan. Setelah sebelumnya saya mengisinya full di Tanak Awu tepat sebelum
transit di Narmada kemarin. Dan rupa-rupanya, perjalanan masih sangatlah
jauh. Jauh sekali. Sehingga beberapa drama harus terjadi. Dari seorang teman
yang tertinggal jauh di tengah perjalanan sampai dengan istirahat berulang kali
di pinggir jalan.
Kami sampai Labangka 1!
Perjalanan singkat, tidak ke mana-mana kecuali ke
rumah teman (tujuan utama) dan rumah bibik saya di SP 4 pada hari Sabtunya –
sebuah daerah transmigrasi lainnya di Sumbawa. Ini pun harus dilalui dengan beragam
drama lupa jalan sampai fatwa saya untuk tidak memercayai GPS lagi. Bayangin
coy, rutenya kok sudah sampai tapi kok malah meleset? Keterangannya bilang,
“SUDAH SAMPAI SUDAH SAMPAI?” – EH LAAAH??
![]() |
Saya, Paman, Bibi, Gilang, dan anaknya, Dini (yang motoin : Muhlis) |
Namun syukurlah kami sampai tujuan. Saya dan adik
saya, Gilang bertemu dengan bibi yang tidak pernah saya jumpai dalam kurun watu
delapan tahun ini. Terharu dan bahagia, terharu karena ya tumben ketemu lagi,
bahagia karena pas pulang dikasih uang jajan. Haha.
Kami pun balik ke Labangka 1 karena keesokan paginya
harus balik ke Lombok.
![]() |
Muklis, Khulaifi, Saya, dan Gilang |
Pagi Minggu kami sudah siap. Headset dan
alunan musik terpasang di telinga sepanjang perjalanan ke Pelabuhan Poto Tano. Sialnya,
pagi Minggu di pelabuhan sungguh ramai. Butuh waktu kurang lebih tiga jam untuk
mendapat jatah masuk ke dalam kapal. Arus balik pasca lebaran membuat kami
harus berjibaku dengan ratusan atau mungkin ribuan orang yang ingin kembali ke
perantauan.
![]() |
Ramainya Subhanallah~ |
Kami tiba di rumah menjelang pukul sembilan malam.
Sampai rumah, bapak dan adik menunggu
untuk makan besama. Namun sayang, kami sudah kenyang karena sebelumnya makan malam
di Masbagik. Kami makan nasi goreng dan itu adalah nasi goreng terenak yang
pernah masuk ke dalam mulut saya. Kenapa yang terenak? Karena ibu saya tidak
membaca catatan ini. Kalau suatu waktu tulisan ini kalian buka dan ternyata
berubah, itu berarti saya sudah kena tegur ibu saya. Wakwak!
Terima kasih! Akhir kata, selamat libur panjang
anak sekolah! Selamat menambah libur pengangguran!
![]() |
Loh kok foto ini diupload juga, sih? |
O ya, hastag terakhirnya #GagalKenawa karena
menjelang pulang kami memutuskan untuk tidak mampir karena harus balik cepat. Padahal
Pulau Kenawa sangatlah dekat waktu itu. Ah, andai andai andaii....
Tanak Awu, 22
Juni 2019
Bagikan
Pulau Sumbawa Habis Lebaran
4/
5
Oleh
Muhammad Getar
2 komentar
Tulis komentarAkhirnya Siti Hartina Hariati memberikan komentar! Yuhuu inilah komentarnya...
ReplyAkhirnya Getar memberikan balasannya! Yuhuuu inilah balasannya
Reply