Sabtu, 22 Juni 2019

Pulau Sumbawa Habis Lebaran

Saya Cina!
Ini adalah perjalanan menggunakan sepeda motor  terjauh yang pernah saya lakukan. Bersama lima orang, tiga motor, berkendara sejauh kurang lebih 250 km dari Narmada sampai Labangka 1. Sebuah desa di salah satu kecamatan di sudut timur selatan pulau Sumbawa. Capek iya, lelah juga iya, yang ngga iyanya berharap pada orang yang salah. Eh, apa sih!

Perjalanan yang sebenarnya SUDAH disepakati berempat ini akhirnya menjadi lima karena di saat injury time menjelang keberangkatan, kawan saya, Muklis Fajri akhirnya tunduk pada konstitusi sehingga memutuskan ikut. Ya, sebelumnya banyak alasan yang ia gunakan agar tidak ikut bersama kami. Dari alasan berupa tidak ada yang mengaspal jalanan sampai dengan keberatannya ia meninggalkan binatang peliharannya.

Start dari Narmada menjelang pukul 02.00 dini hari. Tepat pada hari Jum’at, 7 Juni 2019. Gasssss!

Kami sampai pelabuhan Kayangan sekitar pukul 03.00 lebih beberapa menit. Jarak yang biasanya dilalui dengan memakan waktu dua jam ini kami lalui hanya dengan jangka waktu satu jam saja. Ya maklum, siapa yang bakalan mondar mandir dari Lombok Barat – Lombok Timur atau sebaliknya di jam-jam segitu. Tiga motor, masing-masing membayar 55 K hanya untuk menyebrang sampai Pelabuhan Poto Tano, Sumbawa Barat.

Ini saya. Gimana? Ganteng tak?
Penumpang kapal laut hanya beberapa orang. Alhasil, kapal ini seperti kapal milik kita berlima, yang lainnya cuma numpang doang. Haha. Pandangan kami terhalang ketika memandang keluar kapal, maklum gelap. Ah, ingin rasanya menyelam malam itu, namun sayang keinginan saya luntur karena keingat dosa yang begitu besar. Belum sanggup mati dengan dosa yang bertumpuk.

Satu-satunya penyesalan di atas kapal adalah ketika kami lupa membeli air mineral atau makanan sebelum berangkat. Bayangin coy! Satu air mineral ukuran besar botolan harganya 18 ribu rupiah, lebih tinggi dari satu dollar! Rezim memang parah!

Pukul 05.00 lebih beberapa menit, kami sampai di pelabuhan. Butuh waktu beberapa menit untuk menyandarkan dan memantapkan posisi kapal. Hingga kemudian kami turun kapal. Kami sholat Subuh di antara pemukiman warga yang terdampak gempa tahun lalu, Poto Tano menjadi wilayah yang terdampak parah. Puing-pung bekas reruntuhan masih tercecer di sekitar pinggir jalan.

SPBU Utan, Sumbawa
Kami baru mengisi bensin kendaraan lagi di SPBU Utan. Setelah sebelumnya saya mengisinya full di Tanak Awu tepat sebelum transit di Narmada kemarin. Dan rupa-rupanya, perjalanan masih sangatlah jauh. Jauh sekali. Sehingga beberapa drama harus terjadi. Dari seorang teman yang tertinggal jauh di tengah perjalanan sampai dengan istirahat berulang kali di pinggir jalan.

Kami sampai Labangka 1!

Perjalanan singkat, tidak ke mana-mana kecuali ke rumah teman (tujuan utama) dan rumah bibik saya di SP 4 pada hari Sabtunya – sebuah daerah transmigrasi lainnya di Sumbawa. Ini pun harus dilalui dengan beragam drama lupa jalan sampai fatwa saya untuk tidak memercayai GPS lagi. Bayangin coy, rutenya kok sudah sampai tapi kok malah meleset? Keterangannya bilang, “SUDAH SAMPAI SUDAH SAMPAI?” – EH LAAAH??

Saya, Paman, Bibi, Gilang, dan anaknya, Dini (yang motoin : Muhlis)
Namun syukurlah kami sampai tujuan. Saya dan adik saya, Gilang bertemu dengan bibi yang tidak pernah saya jumpai dalam kurun watu delapan tahun ini. Terharu dan bahagia, terharu karena ya tumben ketemu lagi, bahagia karena pas pulang dikasih uang jajan. Haha.

Kami pun balik ke Labangka 1 karena keesokan paginya harus balik ke Lombok. 

Muklis, Khulaifi, Saya, dan Gilang
Pagi Minggu kami sudah siap. Headset dan alunan musik terpasang di telinga sepanjang perjalanan ke Pelabuhan Poto Tano. Sialnya, pagi Minggu di pelabuhan sungguh ramai. Butuh waktu kurang lebih tiga jam untuk mendapat jatah masuk ke dalam kapal. Arus balik pasca lebaran membuat kami harus berjibaku dengan ratusan atau mungkin ribuan orang yang ingin kembali ke perantauan.

Ramainya Subhanallah~
Kami tiba di rumah menjelang pukul sembilan malam.  Sampai rumah, bapak dan adik menunggu untuk makan besama. Namun sayang, kami sudah kenyang karena sebelumnya makan malam di Masbagik. Kami makan nasi goreng dan itu adalah nasi goreng terenak yang pernah masuk ke dalam mulut saya. Kenapa yang terenak? Karena ibu saya tidak membaca catatan ini. Kalau suatu waktu tulisan ini kalian buka dan ternyata berubah, itu berarti saya sudah kena tegur ibu saya. Wakwak!

Terima kasih! Akhir kata, selamat libur panjang anak sekolah! Selamat menambah libur pengangguran! 

Loh kok foto ini diupload juga, sih?
O ya, hastag terakhirnya #GagalKenawa karena menjelang pulang kami memutuskan untuk tidak mampir karena harus balik cepat. Padahal Pulau Kenawa sangatlah dekat waktu itu. Ah, andai andai andaii....

Tanak Awu, 22 Juni 2019





Baca selengkapnya

Minggu, 07 April 2019

Perpisahan di Akhir Maret

Yang motoin : Iga WU.

Usai mengikuti pelatihan di BLK Lombok Tengah, kawan-kawan mengatur jadwal jalan-jalan. Pantai Kuta dan Tanjung Aan menjadi dua destinasi yang akan kami kunjungi. Tepat hari Minggu, tanggal 31 Maret, menjadi akhir bulan yang menyenangkan.

Sayangnya, tidak semua hadir. Dua kawan tak dapat mengikuti kegiatan ‘perpisahan’ ini. Pak Habib, instruktur kami pun sama. Yang terakhir karena kondisi beliau yang belum fit betul. Berempat belas akhirnya kami berangkat!

Lavar melanda!!!

Terik matahari pagi pantai selatan sungguh menyengat. Ia menyambut kami setibanya di pesisir pantai pagi itu. Beberapa pemandu wisata lalu-lalang menunjukan papan bergambarkan beberapa destinasi wisata yang bisa kami kunjungi di sekitaran pantai Tanjung Aan. Dari pintu masuk sampai lokasi istirahat, selalu ada guide yang menjajakan jasa yang sama.

Agak risih, sehabis sarapan dan makan, seorang pemandu kembali mendatangi kami. Negosiasi berjalan alot sampai kemudian dipastikan kalau kami akan naik perahu boat ber-dua belas orang. Ada tiga destinasi yang bisa dikunjungi sekaligus dengan satu kali jalan. Namun pilihan pertama kami jatuh ke Batu Payung – destinasi unik dengan spot foto cantik. Di sana, ada sebuah bebatuan besar yang meyerupai payung dan berdiri tegak sendirian di samping bukit yang menjulang.

Sebelum runtuh (yang piss dua jari Haeni, mabuk darat waktu pulang)

Naik perahu untuk pertama kalinya, mana belum bisa berenang lagi! Wkwk

Selama perjalanan ke lokasi, ombak besar dan perahu yang sedikit goyang menjadi pelengkap ketakutan. Percikan air beberapa kali masuk ke dalam perahu. Serta teriakan dari teman-teman dicampur  sedikit tawa membuat siang itu terasa luar biasa. “Ndekman merariq! Ndekman mele mate! Tolongk ya Allah...” – dengung salah satu teman.

Lelautan biru dan air yang jernih membuat kami terasa begitu nyaman. Barangkali, inilah untuk pertama kalinya kami merasakan hidup seperti Larry (bagi yang sering nonton animasi Spongebob pasti mengerti maksud saya). Bersih, rapi, tanpa sampah yang mendatangi. Hidup Bikini Bottom! Saya cinta laut!

Anaknya Putri Mandalike

Setibanya di Batu Payung, kami turun. Perahu boat yang mengantar kami berbalik arah menjemput penumpang lain. Di Batu Payung, beberapa bapak paruh baya menjajakan kelapa muda kepada wisatawan. Kesempatan di Batu Payung adalah hal yang luar biasa. Kenapa? Karena malam harinya sejak kedatangan kami kemarin, batu besar itu runtuh oleh ombak malam.

Kami foto sepuas-puasnya. Dzuhur sepertinya akan segera datang, kami memutuskan untuk membatalkan rencana ke destinasi lainnya. Bukan karena ingin cepat-cepat sholat, tapi karena beberapa teman sepertinya mabuk kalau berada di atas perahu terlalu lama. Bukan saya tapi ya!

Supir kami yang sadar kamera

Haris, salah satu teman kami tampak memanggil perahu boat yang kami tumpangi untuk segera meminggirkan perahunya. Teriakan kerasnya tak terdengar. Perahu tersebut malah semakin menjauh. Seolah putus asa, seorang teman bilang, “Sepertinya perahu tersebut berbalik karena kita terlalu banyak nawar.” Seorang teman lainnya membalas, “Tadi sebelum naik perahu sudah dibicarakan belum? Jangan-jangan uang yang tadi kita kasih untuk ongkos jalannya doang. Baliknya berenang sendiri!”

Yang ditunggu akhirnya datang, perahu tersebut bersandar di sisi pulau. Kami kembali ke pesisir Pantai Tanjung Aan.

Perjalan kedua, kami ke Pantai Mandalika. Hanya sebentar saja. Ke sana cuma buat makan rujak sambil nyanyi Happy Birthday To You – ya, salah satu teman saya ulang tahun. Selamat ulang tahun, Husnul!

Selamat Ulang Tahun yang ke-212

Singkat cerita, kami pulang dengan bahagia dan dengan beragam cerita. 

Baca selengkapnya

Senin, 25 Maret 2019

Postingan Pertama : BLK dan Teman-teman

Hari ke-30 di BLK (yang motoin : Photografer BLK)

Lama vakum dari dunia perblogan, saya akhirnya kembali menulis untuk blog yang sudah berganti domain ini. Selain memperkenalkan blog dengan domain baru, saya akan bercerita tentang sebuah pertemuan yang sangat saya pedihi pada akhirnya. Lagi dan lagi, sebuah ikatan pertemanan yang telah membuat saya nyaman, harus berakhir dengan rasa kehilangan. Selalu dan pasti berakhir seperti itu.

Yosh! Selamat pagi, teman-teman, sobat kaya maupun misqiuen... Apa kabar? Sehat? Alhamdu .... Lillah.... J

Jadi, dalam satu bulan terakhir ini, saya mengikuti sebuah kursus pelatihan basic office yang diselenggarkan oleh Balai Latihan Kerja Lombok Tengah di Praya. Yang namanya bassic, ya yang kita terima di sana, atau materi yang kita dapat hanya seputar basic-nya saja (dasar). Bukan middle atau pertengahan bahkan sampai yang hardcore.

Dimulai dari perkenalan apa itu hardware, software, dan brainwere. Sebelum masuk BLK ini, yang saya tahu ya cuma hardware sama softwere doang. Sungguh katrok sekali bukan? Ya gimana tidak, coba dipikir-pikir, gimana bisa perangkat komputer itu berjalan kalau tidak ada orang yang menjalankannya.

Dalam satu bulan itu kami memulai teori atau praktik sekitar pukul 07.30 WITA dan berakhir menjelang jam tiga sore. Dari beberapa jam tersebut, kami keluar main (istrahat) sebanyak dua kali. Istirahat pertama dari setengah 11 sampai pukul 11 lalu istirahat kedua dari pukul 12 lebih beberapa menit sampai pukul satu. Istirahat kedua ditujukkan untuk makan siang dan beribadah. Istirahat pertama cuma formalitas. Ya gimana tidak, seharusnya istirahat pertama ditujukan hanya untuk sobat kaya yang waktu istirahatnya bisa digunakan untuk ke kantin atau yang lainnya. Yang misquen ya tetap di dalam lab untuk ngerjain tugas yang gak kelar-kelar itu.

Syukur tiada tara, saya dan lima belas orang yang masuk angkatan pertama basic office kemarin mendapat instruktur yang lincah, gesit, energik (meski beliau dalam keadaan kurang sehat). Namanya Pak Habib, beliau sendiri suka menyingkat namanya dengan inisial ABB. Kalau saja guru-guru sekolah saya sejak Sekolah Dasar sampai kuliyah macam beliau, nggak bakalan ada keterangan sakit pura-pura saya di rapor ketika masih mondok dulu. Jangankan keterangan sakit pura-pura, sakit beneran pun bakal saya lawan dah!

Saya ingin memperkenalkan teman-teman saya yang jumlahnya enam belas beserta saya. Saya, kalian sudah kenal dong ya. Laki-laki pecinta kenangan yang masih berusaha keluar dan lari dari bayang-bayang mantan. WKWKKW

Okeee, ini profil mereka :

Darmawan
Ketua kelas, anak pramuka. Paling ribut sejak masuk BLK, akrab dengan siapa saja. Setiap orang yang ia temui akan ia sapa dan secara tiba-tiba saja ia akan akrab dengan mereka. Tukang jajanan samping pertamina, ibu-ibu kantin, anak SMK dekat BLK. Semuanya! Pokoknya semuanya dah! Tapi sayang, nama-nama di atas tidak pernah berbicara secara langsung dengannya.

Baiq Rina Oviana
Sekretaris kelas. Satu klan dengan saya. Meski beda kecamatan. Frase Kanaq Lauq masih sama dengan saya. Jadi,  Kanaq Lauq itu berarti orang-orang yang berasal dari Lombok bagian selatan. Rina, sapaan akrabnya, adalah perempuan yang paling sering dicari oleh anak-anak kelas lain. Awalnya saya kira mereka nyari Rina buat beli pulsa, ternyata untuk meminta kontak whatsapp-nya. Memang aneh orang-orang di negara berkembang macam Indonesia ini!

Muhammad Hasyim
Di antara peserta laki-laki, dia adalah yang paling banyak diamnya. Diam-diam sudah jadi tugasnya, diam-diam ternyata punya konter pulsa, diam-diam saya masih punya hutang sama dia. AHHHHA SIYAP SYIM!!!

Baiq Widiawati
Paling kecil, cepat meneteskan air mata. Pandai merangkai kata. Perempuan yang paling akrab dengan saya. Katanya, selesai kursus ini, dia mau melanjutkan kuliyahnya. Saya amini saja. Semoga diterima dan betah ketika kuliah nanti. Ingat, jangan suka menangis. Akan lebih beruntung nanti para penjual tisu daripada penjual kertas ketika kamu skripsian dan dibentak oleh dosen pembimbingmu.

Muhammad Wathani
Awalnya kami hanya sering saling ejeq, lalu tiba-tiba dia jadi sepupu saya. Kok bisa? Ya begitulah hidup. Bukankah sudah banyak bukti yang lainnya? Pacar yang kita sayangi dulu bisa saja di kemudian hari menjadi setan? Hidup penuh misteri, Wathani adalah salah satu misterinya.

Yosi Yuniar dan seterusnya~
Kenal sejak masa orientasi. Sempat minta jatah snack waktu itu. Orang yang memiliki cita-cita kurus tapi kalau masalah makanan paling depan. Ketika piket kelas dan salah satu tugasnya adalah mengambil makan siang, suruh Oci saja. Dia tidak akan menolak bahkan bisa jadi menawarkan diri, “Sudah waktunya Oci ambil makanan apa belum?”

Lalu Muhammad Dahlan
Rumahnya dekat banget dengan rumah saya. Duduk di belakang saya. Penyuka lagu Malaysia di zaman keemasannya. Tiga hari terakhir, ketika bercerita, dia bikin saya ngakak! Kocak sekali. Saking kocaknya, waktu itu ingin sekali saya membenturkan kepala ke komputer. Kan sudah diasuransikan. Hehe

Husnul Khotimah
Kalian pernah lihat adegan televisi antar genk yang kalau manggil temannya selalu bilang “Guys!!!!” Husnul adalah salah satu peniru terbaiknya. Adegan di televisi manggil temannya dengan kata guys ternyata pernah saya rasakan ketika dia memanggil nama saya. Waktu saya tanya. “Kenapa pakai manggil guys sih?” jawabannya sungguh menakjubkan. “Ndek naon aranm lasing guys!” – “Saya tidak tahu namamu!”

Lalu Iga Wihantara Utama
Ingin menyaingi nama panjang saya ya? Sorry, tidak bisa. Anak paling gahul di kelas. Udah pernah dapat kerja tapi berhenti karena gempa. Logat bahasanya tidak bisa disembunyikan. Perokok yang kalau buat status whatsapp, singkat tapi mengena. Tos sesama marga!

Husnaini
Tua –paling dewasa di antara yang lainnya. Sudah menikah dan punya anak. “Motivasi apa yang anda miliki sehingga anda masuk ke BLK?” – jawabannya sungguh mengherankan, “Saya ingin jadi pelakor, Pak!”

Jawaban di atas saya buat-buat. Tidak benar.

Abdul Haris
Pria kelahiran 1994. Bercerita dulu waktu kampungnya bekonflik dengan kampung sebelah, dia menjadi salah satu orang yang mengangkat senjata. Ya, angkat senjata doang, majunya nggak.

Sumiati
Orang jujur tanpa aling-aling. Saya masih ingat ketika materi soft skill, sebutkan tiga hal yang menggambarkan dirimu. Salah dua jawabannya adalah orang tua dan kejujuran. Makanya saya tidak heran waktu nge-chat, salah satu kalimat yang tidak akan saya lupakan sampai kiamat, “Saya malas nanya balik sama orang”- jawaban itu saya terima setelah saya menanyakan banyak hal padanya. “Sudah makan, minum, zakat, sudah naik haji belum?”

Khairul Bahri
Jahilnya minta ampun. Jika Bahri sedang berada di sekitar anda, sebaiknya awasi barang bawaan anda. Hal ini sudah beberapa kali terjadi ketika ia menghilangkan folder di komputer, mengganti tampilan layar komputer. Ngga bisa lihat cewe cakep langsung dimintain kontaknya. “Dek siapa namanya?” tanyanya suatu hari pada perempuan yang ia taksir. Jawaban yang ia terima padat dan jelas, “Saya tidak punya nama!” Bahri pun melongos pergi.

Apriliana Rizki
Paling pendiam di kelas. Penggemar diam-diam opa Korea Utara garis keras.

Getar
Biar sesuai urutan, laki perempuan – laki perempuan. Ya udah saya masukin nama saya. Kalian tahu saya dan biarkan orang lain yang menyimpulkan.

Haeni Silvia
Kalau ketawa, suaranya terdengar seisi ruangan. Keras dan khas. Cinlok dengan anak kelas lain. Orang yang paling polos di kelas, bagi saya. Kalau manggil nama tidak suka setengah-setengah, “Kakak Getar , Ooooo Kakak Getar...”

Semoga pertemuan singkat kita bermanfaat. Sampai jumpa! Aku cinta kalian semua! :D

Hari Pertama (Kenapa fotonya ada di akhir? Biar kita ingat bagaimana awal kita berjumpa)


Baca selengkapnya