Dulu, awal-awal masuk kuliyah, saya sering dibuat
heran saat ngelihat kakak tingkat yang semesternya udah udzur sampai 14 tapi
belum-belum wisuda. Saya mikirnya, : “Ini anak ngga kasian apa sama
orang tua.” Atau “Mereka senang aja ngelihat kampus sampai-sampai ngga
mau wisuda.” Bahkan saya sampai pernah bilang “Ini kayaknya dia ngga mau wisuda
sebab nunggu anak mantan yang baru nikah wisudain anaknya. Ya, biar sama-sama
gitu.” Tapi, semua berubah ketika saya sudah masuk semester tujuh . KKP
(Kuliyah Kerja Partisipatif), PPL, dan sekarang skripsi. Serem, coy! Lebih
serem dari diputusin pacar di depan dosen pembimbing yang baru aja nyoret
tujuan penelitian skripsi! Mau nangis ngga bisa, mau ketawa ngga
mungkin, akhirnya senyum sambil bilang, ”Iya Pak, besok saya perbaiki…”
Dan sekarang saya sudah semester 8. Awalnya perasaan
saya dag dig dug waktu pertama kali konsul judul. BTW, walaupun judul
udah keterima, tapi, di jurusan saya, wajib konsultasi judul dulu sebelum buat
proposal, baik dengan dosen pembimbing dua atau satu. Kenapa? Ya, karena judul
skripsi saya bedalah. Ntar salah baris atau gimana, bisa salah untuk
selanjutnya. Jadi, setelah judul skripsi saya fix :
Hari pertama mau konsul, dosen ngga masuk, hari
kedua, dosen ngga masuk juga, hari ketiga hujan-hujanan ke kampus buat
konsul, dosen ngga masuk karena di rumahnya juga hujan, hari keempat
saya malas bangun tidur karena semalam begadang, tahunya dosen masuk dan
teman-teman yang kebetulan dosen pembimbingnya sama, proposal mereka diperiksa.
Hari selanjutnya sampai pada akhirnya saya pun dapat ketemu beliau. Tapi karena
malas nunggu antrian diperiksa, saya pulang, saya masa bodoh, eh, teman saya
di-acc, saya belum konsul sama sekali. Sampai saya kesel, keesokan
harinya, saya tunggu di depan gerbang, dosen tepok jidat “Aduh, proposal
yang kamu taruh di meja ibu, ketinggalan di mobil suami saya.” Katanya.
Saya tepuk pundak. Karena ngga mungkin tepuk pundak orang.
Hari itu juga beliau nyuruh datang ke rumahnya. Saya
ikutin dari belakang. Beliau pakai motor, saya pun juga. Suasana cukup
meneganggkan, mirip aksi film action. Saya buntutin beliau dari belakang,
demi proposal saya diperiksa hari itu juga. Alhasil, hari itu juga proposal
saya diperika dan dicoret. Hingga beberapa kali konsul, akhirnya diterima. Eh,
ternyata proposal tadi harus dikonsultasikan ke dosen pembimbing pertama lagi.
Kembali ke awal,konsul sama dosen pembimbing satu, dicoret, revisi, coret,
revisi lagi, jomblo, nembak, diputusin, revisi lagi, dan begitu seterusnya
sampai hari ini. Bwahk! Namun saya percaya, tak ada usaha yang menghianati
hasil. Seperti usaha untuk ketemu dosen dan mengidam-idamkan tanda tangan yang
diiringi dengan kata ‘acc.’ Teruntuk pejuang skripsi, semangatlah!
Dan teruntuk semua kakak tingkat yang pernah saya ketawain, “Maafkan
adikmu yang hina ini…”
Mataram, 18 Mei 2017
Ditulis setelah ganti domain. Ngga penting? Emang!
Bagikan
Balada Semester Akhir
4/
5
Oleh
Muhammad Getar
2 komentar
Tulis komentar