Jumat, 19 Mei 2017

Balada Semester Akhir



Dulu, awal-awal masuk kuliyah, saya sering dibuat heran saat ngelihat kakak tingkat yang semesternya udah udzur sampai 14 tapi belum-belum wisuda. Saya mikirnya, : “Ini anak ngga kasian apa sama orang tua.” Atau “Mereka senang aja ngelihat kampus sampai-sampai ngga mau wisuda.” Bahkan saya sampai pernah bilang “Ini kayaknya dia ngga mau wisuda sebab nunggu anak mantan yang baru nikah wisudain anaknya. Ya, biar sama-sama gitu.” Tapi, semua berubah ketika saya sudah masuk semester tujuh . KKP (Kuliyah Kerja Partisipatif), PPL, dan sekarang skripsi. Serem, coy! Lebih serem dari diputusin pacar di depan dosen pembimbing yang baru aja nyoret tujuan penelitian skripsi! Mau nangis ngga bisa, mau ketawa ngga mungkin, akhirnya senyum sambil bilang, ”Iya Pak, besok saya perbaiki…”

Dan sekarang saya sudah semester 8. Awalnya perasaan saya dag dig dug waktu pertama kali konsul judul. BTW, walaupun judul udah keterima, tapi, di jurusan saya, wajib konsultasi judul dulu sebelum buat proposal, baik dengan dosen pembimbing dua atau satu. Kenapa? Ya, karena judul skripsi saya bedalah. Ntar salah baris atau gimana, bisa salah untuk selanjutnya. Jadi, setelah judul skripsi saya fix :

Hari pertama mau konsul, dosen ngga masuk, hari kedua, dosen ngga masuk juga, hari ketiga hujan-hujanan ke kampus buat konsul, dosen ngga masuk karena di rumahnya juga hujan, hari keempat saya malas bangun tidur karena semalam begadang, tahunya dosen masuk dan teman-teman yang kebetulan dosen pembimbingnya sama, proposal mereka diperiksa. Hari selanjutnya sampai pada akhirnya saya pun dapat ketemu beliau. Tapi karena malas nunggu antrian diperiksa, saya pulang, saya masa bodoh, eh, teman saya di-acc, saya belum konsul sama sekali. Sampai saya kesel, keesokan harinya, saya tunggu di depan gerbang, dosen tepok jidat “Aduh, proposal yang kamu taruh di meja ibu, ketinggalan di mobil suami saya.” Katanya. Saya tepuk pundak. Karena ngga mungkin tepuk pundak orang.

Hari itu juga beliau nyuruh datang ke rumahnya. Saya ikutin dari belakang. Beliau pakai motor, saya pun juga. Suasana cukup meneganggkan, mirip aksi film action. Saya buntutin beliau dari belakang, demi proposal saya diperiksa hari itu juga. Alhasil, hari itu juga proposal saya diperika dan dicoret. Hingga beberapa kali konsul, akhirnya diterima. Eh, ternyata proposal tadi harus dikonsultasikan ke dosen pembimbing pertama lagi. Kembali ke awal,konsul sama dosen pembimbing satu, dicoret, revisi, coret, revisi lagi, jomblo, nembak, diputusin, revisi lagi, dan begitu seterusnya sampai hari ini. Bwahk! Namun saya percaya, tak ada usaha yang menghianati hasil. Seperti usaha untuk ketemu dosen dan mengidam-idamkan tanda tangan yang diiringi dengan kata ‘acc.’ Teruntuk pejuang skripsi, semangatlah!  Dan teruntuk semua kakak tingkat yang pernah saya ketawain, “Maafkan adikmu yang hina ini…”

Mataram, 18 Mei 2017
Ditulis setelah ganti domain. Ngga penting? Emang!



Bagikan

Jangan lewatkan

Balada Semester Akhir
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

2 komentar

Tulis komentar
avatar
21 Mei 2017 pukul 12.51 Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
avatar
21 Februari 2018 pukul 20.48 Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.