Sabtu, 30 April 2016

Yang Datang dan Yang Pergi


Sumber : Sini nih!

Kamu kalau berkunjung ke rumah orang, atau siapalah, balik lagi nggak? Pasti balik kan? Oh ya, pertanyaan ini tidak usah dijawab. Selain tidak penting, tidak ada gunanya juga menjawab.

Memasuki tahun ke-tiga di kostan yang sama sejak pertama kali masuk kuliyah, sudah banyak sekali orang yang saya temui di sekitaran kostan ini. Berbagai macam orang, dari sekadar pemungut botol sampai dengan orang yang sekadar lewat basa-basi.

Orang-orang yang sering datang dan pergi di kostan :

1.      Pemungut Botol

You know lah. Sekarang, semua barang didagang. Dari kertas yang dikilo sampai botol plastik. Saya sering lihat ibu-ibu datang ke kostan cuman buat mungut botol plastik. Saya kasihan, di usianya yang seharusnya digunakan untuk istirahat banyak malah keliling dari satu komplek ke komplek yang lain. Saya pernah ikut ngumpulin botol minuman sampai sekardus, lalu ngasih ibu-ibu itu. Saya sadar, saya ngga bisa memberikannya kehangatan.

2.      Bapak-Bapak Pencari Amal

Bapak-bapak berpeci sambil bawa buku besar keliling dari satu kamar kostan ke kemar lainnya. Yak! Dia minta sumbangan demi pembangunan masjid yang selalu ia jelaskan berulang kali. Saya heran, kenapa yang diminta sumbangan cuman anak kostan, - yang mayoritas tiap akhir bulan makan nasi saja. Minta sama Ibu kost atau warga setempat,  saya tak pernah lihat. Oke, lupakan.

3.      Pedagang Kaki Lima

Tipe yang satu ini sedikit kurang asem. Tiba-tiba aja nyelonong masuk sampai dalam. Duduk dekat pintu, lalu curhat dengan penuh iba, “Duh, Nak… belilah sate ibu. Ibu tidak ada uang buat balik ke rumah…” NGGGGGG…. Tuh, kan.

Waktu itu saya lagi ngga punya duit. Punya sih, tapi dikit. Dan ia datang sepert biasa, tak tahunya udah duduk di depan pintu kayak teman kepepet minta tugas kuliyah.

“Ayo, Nak… Beli…”

“Ngga ada uang, Bu. Maaf!”

“Cuma satu ribu perbiji…”

“Tapi ngga ada uang…” Saya menjawabnya tersenyum. Obrolan semakin membosankan. Dia maksa, saya tolak. Lalu, tiba-tiba aja dia nyelonong pergi. “Seribu aja pelit. Apalagi lebih…”

Dada saya terasa sesak! Dasar! Sekali lagi itu ibu-ibu datang ke kostan, saya bakal beli semua daganganya. Plus ibunya buat dijadiin sate. EHHHM, becanda ding!

4.      Bocah-Bocah

Halaman kostan saya luas, banyak bocah main ke sana ke mari. Naik di depan teras kostan ngga lepas sendal. Lalu meninggalkan bekas di lantai yang baru saja dibersihkan. Kadang saya marah, kadang pura-pura ngga kalau di sekitar mereka ada orang tua yang kebetulan lewat. Ah, piyuhhh!!!!

5.      Misterius

Nama terakhir ini misterius. Saya tidak tahu bentuknya rupanya, bahkan jenis kelaminnya berubaha atau tidak. Tidak meninggalkan jejek sedikitpun. Saya yakin, dia bukan bagian dari empat nama di atas. Ia benar-benar misterius. Saya beberapa kali ingin melihat wajahnya secara langsung. Namun ia selalu berhasil meninggalkan saya dengan penuh tanda tanya. Saking misteriusnya, tabung gas saya pernah dua kali hilang bersamaan dengan kehilangannya.

Kalian pernah nemuin hal kayak begini, nggak? Cerita dong…. 


Baca selengkapnya

Jumat, 15 April 2016

Minggu yang Sulit


Saya dalam bentuk khayalan via kabarimbo.com


Tugas kuliyah banyak, disuruh beli buku refrensi banyak-banyak, asmara merana, uang jajan tetap tak ada peningkatan, hubungan dengan teman renggang, jomblo… udah, itu mah biasa.

Ini bukan curhat, tapi ini tulisan. Apa bedanya? Ya ngga ada. Mau-mau saya dong ya.

Apa kabar? Malam ini, sambil bersih-bersih sarang laba-laba di blog ini, saya menyempatan diri buat nulis sedikit. Sedikit saja. Ngga banyak. Lagipula, kalau banyak, siapa yang mau baca? Ya, ada itu pun mungkin cuman saya.

Kembali ke topik. Hari-hari ini saya lagi malas
baca, malas nulis, malas semuanya. Badan saya letih dan kurang semangat. Kerjaan lain kalau ngga mikirin pacar teman, ya mikirin calon pacar yang masih dalam bentuk bayangan. Ya, bayangan. Karena sampai hari ini saya belum mendapatkan bentuk atau siluet wajah calon pacar tersebut. Hanya dengan membayangkan saja, saya merasa bahagia. Ah, buset!

Barusan habis dinner pakai tempe sisa kemarin sama abon buatan emak. Enak! Minumnya masih pakai air keran depan kostan. Ya, masih dalam koridor sama : pemburu barang-barang gratis! Eh bukan sih. Soalnya saya belum beli air mineral yang harganya 4K itu. Makanya pakai air keran. Syukur-syukur belum dicampurin kaporit. Kalau udah kan bahaya. Bisa-bisa muka saya memutih semua.

Ngomong-ngomong masalah dinner, kalian sudah makan malam belum? Belum gara-gara ngga ada makanan atau ngga ada yang ngingetin? Sabar gays! Karena orang yang ngga ada yang ngingetin ditambah ngga ada makanan adalah orang yang lebih menderita dari itu semua. Kemarin saya gitu. Ngga ada makanan, eh, ngga ada yang ngingetin pula. Pas ada yang ngingetin via WA, tau-tau malah nagih utang pulsa. Siyal memang.

Tapi ya sudahlah, namanya juga hidup. Kadang di bawah, kadang di atas. Kadang besar kadang kecil. Kayak yang dibilang Michel Foucault : “Life like a penis, sometimes up sometimes down, sometimes small sometimes….”Parah emang filsuf satu ini. Kenapa ngga sekalian “Life like a woman. Kadang kayak malaikat, kadang juga kayak T – REX menjelang menstruasi.” BTW, saya ngga tau bahasa Inggrisnya. Maaf ya.

Eh, udah dulu lah ya. Saya mau nonton film dulu. Mumpung sudah copy paste dari kamar kostan sebelah. Film perang, adegan bagus, ratting tinggi. Bukan! Bukan film ikeh-ikeh kok. Lagipula, ikeh-ikeh itu tidak menggambarkan film jorok juga. Ikeh juga nama orang. Ikeh Nurjannah contohnya. Tau kan? Ah sudahah. Saya mau nonton dulu. 

Baca selengkapnya