Sponsor, cibi-cibi santri
Saya agak
merinding kalau bahas Ujian
Nasional. Sebab, selama dua kali ikut ujian nasional, saya
sering keingat dengan peristiwa-peristiwa yang kurang mengenakkan. Contoh saja,
tahun 2010, saat saya mengikuti ujian nasional tingkat SMP dan sederajat,
pemerintah dengan keputusannya yang krusial itu membuat peraturan baru :
Bagi siswa yang tidak lulus ujian, boleh mengulang. Eh, ini mengenakkan apa ngga
sih?
Kemudian,
masa-masa ujian nasional untuk tingkat SMA dan sederajat, kami hampir dibuat
pingsan. Pemerintah waktu itu menunda pelaksanaan ujian nasional. Sebab
keterlambatan pendistribusian dokumen ujian nasional di beberapa provinsi
termasuk Nusa Tenggara Barat. Waktu itu tahun 2013. Iya, banyak di antara
teman-teman saya yang hampir pingsan. Ada juga yang pura-pura pingsan. Dan ini
sempat menjadi viral di seluruh Indonesia. Bahkan, di tahun 2013 itu, pemerintah
menggunakan kebijakan 20 paket soal untuk pertama kali. Dan oleh sebab ini
pula, saya jadi mengenal Muhammad Nuh. Mantan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan. Andai saja UN 2013 tidak amburadul kayak dulu, mungkin sampai saya
menulis catatan ini, saya tidak akan pernah mengenal nama mantan Menteri Pendidikan itu. Ah, mantan.
Mantan dengan ekspresi lihat mantan
www.google.com
Adalah sebuah
kekesalan, ketika ujian nasional yang tiga – empat hari itu menjadi barometer
kita untuk lulus atau tidak. Ijazah satu lembar itu hanya ditentukan dengan
membuat lingkaran imut yang tak boleh kelewat garis. Absurd dan sampai
sekarang masih menuai banyak pro dan kontra tentang penyelenggaraan
UN ini.
Juga dengan di
beberapa tempat di Indonesia yang masih banyak infrastrukturnya yang belum
merata. Bisa ngga kita membandingkan sekolah kota yang mulai dari
infrastruktur sampai dengan guru-gurunya komplit, serta Buk Kantin yang sudah
memiliki jam terbang tinggi? dengan sekolah di kampung yang satu guru kadang
pegang tiga mata pelajaran, udah gitu, sampai merangkap menjadi buk kantin
sekaligus.
Oke, berikut
beberapa tips agar lulus ujian nasional. Versi saya sendiri yang sudah lama
duduk di bangku pesantren :
Isi Kolom Nama Jangan Melewati Batas
Ini sangat
penting. Buat yang namanya pendek tentu sangat mudah. Contoh, Febri
Wulandari yang hanya 14 karakter. Sebab saya cukup khawatir dengan nama
saya sendiri waktu itu. Rasa was-was sehingga beberapa kali saya menanyakan
perihal ini kepada pengawas.
“Lalu Muhammad Getar Persada Nusantara Roby Ulhaq”
Nama lengkap saya
memiliki 42 karakter. Dan itu membuat saya cukup dibuat rumit ketika mengisi
nama. Jadi, usahakan ketika kamu baru lahir, bilang sama bapak atau ibu buat
diberi nama ngga usah panjang-panjang, ngga pakai terlalu pendek
juga. Dan jangan lupa, isi kolomnya. Karena percuma punya nama tapi lupa isi
kolom.
Rajin Belajar
Iya, sebuah
hasil pasti berasal dari sebuah proses yang sangat panjang. Lihat saja Pak Joko
Widodo. Presiden kita saat ini. Beliau, sebelum jadi presiden adalah seorang
pedagang kayu. Bahkan, beberapa kali kena tipu oleh para pembelinya. Dan
lihatlah beliau sekarang.
Jangan lupa
belajar. Percuma ngisi nama lengkap, pakai pensil 2B sebagus apapun itu. Tapi
pas ngisi kolom jawaban malah pingsan.
Belajar ya!
Belajar itu proses. Nilai itu hasil. Kalaupun jelek, jangan sampai protes.
Keluar
Setelah
mengisi nama, serta mengisi data-data yang lain, mengisi kolom jawaban, ada
juga poin yang sangat sentral. KELUAR!
Jangan sampai
diam di dalam kelas. Kalau sudah waktunya keluar dari kelas, ya keluar. Setelah
keluar, jangan lupa mandi. Ya, siapa tahu keringetan habis ujian. Ngga usah
mikir-mikir yang macam-macam deh. Emang, cuma itu aja yang keluar, lalu wajib
buat mandi? Ngga kan?
Berdoa
Di pondok
dulu, setiap musim ujian nasional. Kami, yang akan ujian nasional harus pergi
ke pondok pesantren di Lombok Timur sana. Yak, untuk pengijazahan doa ujian. Pakai
truck sapi yang baunya masih belum hilang.
Intinya, nanti
di sana, Tuan Guru Bajang yang sekarang sudah menjadi Gubernur NTB itu
mengijazahkan doa ujian. Isi dari doa itu ya niat sholat hajat yang dikerjakan
secara rutin di sela waktu Maghrib dan Isya’, ada juga amalan-amalan lainnya.
Ikhtiar
Ini tahap
terakhir dari belajar plus berdoa. Setelah itu, berikhtiarlah. Ingat, ikhtiar
dilakukan setelah kita belajar dengan sunguh-sungguh dan juga berdoa’ dengan
khusuk. Jangan sampai dibalik. Atau jangan mengambil hanya satu bagian. Contoh,
doa mulu tapi ngga pernah belajar, belajar mulu ngga pernah doa.
Bedakan ya!
Setelah itu,
berserahdirilah. Tunggu hasilnya.
Oke, dari
beberapa poin di atas, mungkin ada yang bisa menambahkan? Kalau ada, tambahi
gih. Kalau ngga, ya mau bagaimana lagi.
Bagikan
Ngomongin Ujian Nasional
4/
5
Oleh
Muhammad Getar
4 komentar
Tulis komentarHm.... pea juga ya rupanya dirimu ini. Haha.
ReplyEh kalo di sekolahku, gak boleh keuar sebelum bel. Supaya ga ganggu temen lain kareba berisik/pengeb cepet pulang juga. :D
Lalu Muhammad Getar Persada Nusantara Roby Ulhaq...
ReplyAwalnya saya ngangak pas pertama kali jadi santri... masih ingat masa opspop kita dipondok dulu?
Saat getar ngenalin nama terus getar bilang Lalu Muhammad Getar PN,,saya bertaya dalam hati PN itu apa? Nama atau Gelar?? bingung 360 derajat... ternyata baru tau saya pas kita samaan asrama kalo PN itu singkata dari Persada Nusantara,,,hahahaha
Hihi namaku juga panjang banget pas UNAS, jadi di singkat singkat.
ReplyIya kalau di aku di kasih tau mending keluar nya nanti aja, biar barengan, Karena kalau ada yang keluar duluan, biasanya konsentrasi nya pecah
"lho dia kok udah selesai, aku masih banyak waduh waduh" gitu kali ya rasanya *ini sebenernya sambil curhat* haha
Wkwkkwkwkw njir.
ReplyEh iya juga ya. 42 karakter. Buseet dah. Saya kalau punya anak nanti pendek aja dah