Sabtu, 27 Agustus 2016

Kebun Jeruk Tanaq Beaq

Akhirnya bisa ngeblog lagi. Beberapa hari terakhir ini saya bingung mau mengisi blog ini dengan tulisan apa. Galau? Ngga ah saya ngga pernah galau. Catatan harian semacam CUTE ‘Curhat Tersembunyi,’ atau CAKUL ‘Catatan Kuliyah’ juga lagi malas-malas dibuat. Sebelumnya, saya ingin berterima kasih untuk Pak Guru dan Buk Guru yang mengajak teman-teman KKP saya beserta saya juga tentunya, untuk berkunjung ke Kebun Jeruk. Ceritanya begini…

Dua minggu sejak kedatangan kami ke posko KKP, pergi main-main ke Kebun Jeruk sudah lama direncanakan. Tapi hasilnya selalu gagal dan buntu. Destinasi utama untuk ke Kebun Jeruk awalnya di Desa Sitiling, Kecamatan Batukeliang Utara. Konon, di sana, untuk masuk ke kebun jeruk tersebut cuma disuruh membayar lima ribu rupiah saja – dan bisa makan sepuas-puasnya. Kalau bisa, kulitnya juga. Bebas! Tapi cukuplah, karena tidak jadi ke sana, mari bahas Kebun Jeruk yang lain saja.

Setelah sholat Jumat, makan siang, dan mikirin mantan yang tak kunjung mau balikan, teman-teman KKP, saya, dan juga Pak Guru dan Buk Guru yang kebetulan salah satu kamar di sekolah tempat mereka mengajar, kami tinggali sebagai posko KKP, pergi ke Kebun Jeruk Tanaq Beaq.

Perjalaan dari posko (Mantang) ke lokasi ada dua opsi jalan. Pertama, lewat Pancor Dao, kedua : lewat jalan yang agak jauh, di jalan besar/provinsi. Resikonya, jalan pertama memiliki jalan yang tidak bersahabat, mobil juga tak memungkinkan untuk melewati jalan tersebut. Kami yang mengendarai motor lebih memilih jalan pergi lewat jalan mulus, dan baliknya lewat jalan pertama. Jalan yang lebih dekat memiliki banyak rintangan. Jalan rusak dan tanjakan yang naudzubillah.


Di sepanjang jalan, banyak truk-truk besar. Semoga bukan ilegal loging ya! Sebab kebanyakan dari mereka mengangkut kayu besar yang kalau dibuat gasing, ngga bakal kalah deh. Saking besarnya!

Oke, lanjut ke review tempatnya…

Kebun jeruk ini berada di tengah-tengah persawahan, yang kalau mau ke sana, kita harus jalan kaki. Ngga mungkin pakai motor, apalagi mobil, apalagi yang lainnya. Termasuk mengendarai mantan. Iya


Dan yang paling ditunggu-tunggu itu datang juga. Makan gratis buah jeruk sepuasnya. Tapi untuk makan di tempat saja. Mau makan sama mantan, gebetan, atau selingkuhan pun ngga apa-apa. Asal makan di dalam, di dalam kebun tersebut. Bagusnya, pagar-pagar perkebunan ini ditanami buah salak yang umurnya masih cabe-cabean. Belum matang dan layak untuk dicoba. You know lah ya! Dan jika ingin membawa pulang buah jeruk, cukup membayar 12 ribu rupiah untuk satu kilogramnya. Seharga pulsa 10 ribu rupiah, seharga paket internet yang hanya bertahan satu hari, tepatnya lagi seharga tarif paket nelpon ke sesama provider walau akhirnya ngga jadi-jadi sebab ternyata panggilan ngga diangkat.

Di rumah, bapak juga nanam buah jeruk. Tapi tak sebanyak dulu. Kini hanya beberapa pohon saja. Dan ternyata, jenis jeruk yang ditanam bapak dengan yang ada di kebun jeruk Tanaq Beaq itu sama. Jeruk Lumajang! Ingat, Lumajang, bukan lajang. Iya, bukan lajang. Apalagi telanjang.

Beberapa hasil cekrek di kebun jeruk dengan kamera yang seadanya dan muka yang itu-itu saja.



Jeruk di rumah


Captionnya sama kayak yang di atas


Sama juga dengan yang di atas


Cewek petik jeruk - Kebun Jeruk Tanak Beaq


Pemangsa segala sedang makan jeruk


Siapa dia?


Pemangsa yang lainnya

Wasallam…. Semoga catatan perjalanan bisa diupdate kembali.

Baca selengkapnya

Jumat, 05 Agustus 2016

Kolam Renang Aiq Bukaq



Muka-muka penuh derita

Hola! Seperti janji saya kemarin di instagram, saya bakal ngepost dan ngereview salah satu tempat wisata di Lombok. Yah, Kolam Renang Aiq Bukaq.

Jadi, kemarin saya pergi bareng teman-teman KKP. Kalau kalian belum tahu apa itu KKP, sini, saya kasih tahu. KKP itu Kuliyah Kerja Partispatif. Mirip dengan KKN. Bukan, bukan KKN yang ada nepotismenya itu. KKP adalah salah satu kewajiban yang harus ditempuh oleh mahasiswa dalam perkuliahan. KKP, berbaur dengan masyarakat, tinggal di tengah-tengah pemukiman penduduk, dan mengikuti program yang ada dan menciptakan sebuah program. Intinya, KKP itu dalam rangka pengabdian kita kepada masyarakat. Udah paham kan? Udaaaaah, paham aja. Kita lanjut ceritanya ya!

Cekidot!


Ngga bisa renang

Perjalanan dari lokasi KKP ke tempat wisata ini kurang dari setengah jam. Karena jarak yang dekat, dan jalan mulus, semulus jidat Chelsea Islan, bikin kita ngerasa tetiba aja udah nyampai. Padahal baru aja gas kopling. Eh, ini becanda ding!

Sesampainya di lokasi, bayar dua ribu perak buat parkir. Tidak dihitung perkepala, tapi permotor. Untuk mobil, saya tidak tahu berapa bayar parkirnya. Kalau mau tahu, tunggu saya beli mobil dulu lah ya!


Ganteng itu wajib


Loncat dulu ya


Yang penting ganteng

Untuk biaya masuk ke lokasinya, cukup bayar tiga ribu perak untuk dewasa, dan dua ribu perak untuk anak-anak. Terjangkau dan dijamin puas setelah masuk. Maksudnya masuk ke pemandiannya. Jangan ngeres lu!

Untuk kolam renangnya, bagi yang ngga bisa renang bisa pakai ban motor apalah saya ngga tahu namanya biar ngga tenggelam. Kenapa? Karena kolam renangnya emang benar-benar dalam. Dalam banget! Tapi, tenang aja, masih ada kolam kecil untuk anak-anak. Yaaaa, selama kalian masih waras mandi di air kencing bakal calon dedek gemes.

Selain itu, di kolam renang yang besar disediakan tempat buat kalian yang hoby loncat sambil gaya-gaya indah.  Atau yang tak indahpun masih bisa kok. Udahlah ya! Langsung ke lokasi aja biar afdol. Iya, apa yang dituju seharusnya dicari, bukan malah ditelepon lalu buat janji-janji.



Baca selengkapnya