Kebun Jeruk Tanaq Beaq
Akhirnya
bisa ngeblog lagi. Beberapa hari terakhir ini saya bingung mau mengisi
blog ini dengan tulisan apa. Galau? Ngga ah saya ngga pernah galau. Catatan
harian semacam CUTE ‘Curhat Tersembunyi,’ atau CAKUL
‘Catatan Kuliyah’ juga lagi malas-malas dibuat. Sebelumnya, saya ingin
berterima kasih untuk Pak Guru dan Buk Guru yang mengajak teman-teman KKP saya
beserta saya juga tentunya, untuk berkunjung ke Kebun Jeruk. Ceritanya begini…
Dua
minggu sejak kedatangan kami ke posko KKP, pergi main-main ke Kebun Jeruk sudah
lama direncanakan. Tapi hasilnya selalu gagal dan buntu. Destinasi utama untuk
ke Kebun Jeruk awalnya di Desa Sitiling, Kecamatan Batukeliang Utara. Konon, di
sana, untuk masuk ke kebun jeruk tersebut cuma disuruh membayar lima ribu
rupiah saja – dan bisa makan sepuas-puasnya. Kalau bisa, kulitnya juga. Bebas!
Tapi cukuplah, karena tidak jadi ke sana, mari bahas Kebun Jeruk yang lain
saja.
Setelah
sholat Jumat, makan siang, dan mikirin mantan yang tak kunjung mau balikan,
teman-teman KKP, saya, dan juga Pak Guru dan Buk Guru yang kebetulan salah satu
kamar di sekolah tempat mereka mengajar, kami tinggali sebagai posko KKP, pergi
ke Kebun Jeruk Tanaq Beaq.
Perjalaan
dari posko (Mantang) ke lokasi ada dua opsi jalan. Pertama, lewat Pancor Dao,
kedua : lewat jalan yang agak jauh, di jalan besar/provinsi. Resikonya, jalan
pertama memiliki jalan yang tidak bersahabat, mobil juga tak memungkinkan untuk
melewati jalan tersebut. Kami yang mengendarai motor lebih memilih jalan pergi
lewat jalan mulus, dan baliknya lewat jalan pertama. Jalan yang lebih dekat memiliki
banyak rintangan. Jalan rusak dan tanjakan yang naudzubillah.
Di
sepanjang jalan, banyak truk-truk besar. Semoga bukan ilegal loging ya! Sebab
kebanyakan dari mereka mengangkut kayu besar yang kalau dibuat gasing, ngga
bakal kalah deh. Saking besarnya!
Oke,
lanjut ke review tempatnya…
Kebun
jeruk ini berada di tengah-tengah persawahan, yang kalau mau ke sana, kita
harus jalan kaki. Ngga mungkin pakai motor, apalagi mobil, apalagi yang
lainnya. Termasuk mengendarai mantan. Iya
Dan
yang paling ditunggu-tunggu itu datang juga. Makan gratis buah jeruk sepuasnya.
Tapi untuk makan di tempat saja. Mau makan sama mantan, gebetan, atau
selingkuhan pun ngga apa-apa. Asal makan di dalam, di dalam kebun
tersebut. Bagusnya, pagar-pagar perkebunan ini ditanami buah salak yang umurnya
masih cabe-cabean. Belum matang dan layak untuk dicoba. You know lah ya!
Dan jika ingin membawa pulang buah jeruk, cukup membayar 12 ribu rupiah untuk
satu kilogramnya. Seharga pulsa 10 ribu rupiah, seharga paket internet
yang hanya bertahan satu hari, tepatnya lagi seharga tarif paket nelpon ke
sesama provider walau akhirnya ngga jadi-jadi sebab ternyata panggilan
ngga diangkat.
Di
rumah, bapak juga nanam buah jeruk. Tapi tak sebanyak dulu. Kini hanya beberapa
pohon saja. Dan ternyata, jenis jeruk yang ditanam bapak dengan yang ada di
kebun jeruk Tanaq Beaq itu sama. Jeruk Lumajang! Ingat, Lumajang, bukan lajang.
Iya, bukan lajang. Apalagi telanjang.
Beberapa
hasil cekrek di kebun jeruk dengan kamera yang seadanya dan muka yang itu-itu
saja.
Jeruk di rumah
Captionnya sama kayak yang di atas
Sama juga dengan yang di atas
Cewek petik jeruk - Kebun Jeruk Tanak Beaq
Pemangsa segala sedang makan jeruk
Siapa dia?
Pemangsa yang lainnya
Wasallam….
Semoga catatan perjalanan bisa diupdate kembali.